Jika judul di atas dibaca oleh mereka yang tinggal di Jakarta antara tahun 1970-2005, mungkin mereka akan mengernyitkan dahi dan menganggap saya sebagai orang tak berakhlak. Namun di pertengahan bulan Ramadhan 2025 Masehi, saya (beneran) ngabuburit dengan berjalan-jalan di Tanah Abang Timur (Tanamur) bersama Tour WalkIndies, sambil singgah di (bangunan bekas) diskotek ternama bernama Tanamur.
Berbicara Tanah Abang, biasanya identik dengan pasar tekstil dan stasiun KRL. Tanah Abang telah menjadi bagian dari dinamika perkembangan Batavia sejak abad 17. Tempat ini pernah menjadi pangkalan Pasukan Mataram yang menyerang Batavia di tahun 1628. Kemungkinan besar mereka yang memberi nama tempat ini Tanah Abang, melihat tanah bukit dan rawa-rawa yang dulu ada di sekitar Tanah Abang memiliki warna merah (abang dalam bahasa Jawa berarti merah).
Tahun 1733, Justinus Vinck, seorang Landdrost (setara hakim) VOC membeli tanah yang membentang dari Tanah Abang hingga Pasar Senen. Vinck kemudian mendirikan pasar, yaitu Pasar Weltevreden (sekarang menjadi Pasar Senen), serta pasar di Tanah Abang Bukit yang khusus berjualan tekstil dan hewan ternak. Untuk menghubungkan kedua pasar tersebut, Vinck membangun jalan penghubung. Salah satu jalan yang dibangun adalah Tamarindelaan (sekarang menjadi Jl Wahid Hasyim dan Jl Prapatan Kwitang).
Di awal abad 19, Tanah Abang berkembang menjadi perkantoran dan tempat kediaman elite. Hal ini sejalan dengan lokasi Tanah Abang yang strategis, dekat dengan area Koningsplein dan Paleis van de Gouverneur Generaal. Jalan Tanah Abang West (sekarang menjadi Jl. Abdul Muis) menjadi jalan utama yang menghubungkan Batavia dengan kawasan Tanah Abang.
![]() |
Mansion Kapiten Liem Tiang Hoey |
Banyak rumah-rumah mansion milik orang-orang kaya di jaman Hindia Belanda dibangun di Tanah Abang. Salah satunya adalah mansion milik Kapiten Liem Tiang Hoey di Tanah Abang Huevel (Tanah Abang Bukit), yang saat ini menjadi Kantor Bank Mandiri Jl. Fachrudin. Kapiten Liem merupakan pendiri NV Maatschappij tot Exploitatie van Tanah Abang yang mengelola puluhan rumah dan toko di sekitar Tanah Abang. Ciri yang masih terlihat adalah kubah kecil pada atap bangunan, serta ornamen semacam pinggiran teras, yang memperlihatkan ukiran xilin, binatang mitologi Tiongkok.
![]() |
Ornamen Xilin |
Di balik Kantor Bank Mandiri tersebut terdapat Rumah Hati Suci. Yayasan ini didirikan oleh Ny. Lie Tjian Tjoen pada tahun 1914, sebagai rumah perlindungan bagi anak-anak perempuan yang diperjualbelikan dalam human trafficking. Selanjutnya rumah ini berkembang menjadi panti asuhan bagi anak-anak perempuan. Tahun 2014, pada peringatan 100 tahun Yayasan Hati Suci, panti asuhan Hati Suci berubah nama menjadi Rumah Hati Suci.
![]() |
Kaca Patri Kuno di Rumah Hati Suci |
Kami mengunjungi Rumah Hati Suci, yang saat ini menampung 40 orang anak dengan rentang umur dari SD hingga kuliah. Mereka berasal dari keluarga kurang mampu, keluarga retak, atau yatim piatu. Salah satu anak yang kami temui mengatakan bahwa hari itu adalah hari terakhir ia berada di Rumah Hati Suci, karena ia sudah lulus kuliah dan akan kembali ke rumah orang tuanya. Melihat ia membawa kopor dan keluar dari Rumah Hati Suci, ada rasa trenyuh di hati kami, semoga masa depanmu sukses ya Dik…
Tiba waktunya shalat Ashar, sehingga kami singgah di Mesjid Jami Ar-Rohah di Jl Abdul Muis. Mesjid ini didirikan pada tahun 1920, dikembangkan dari mushalla yang sudah ada pada abad ke-19. Jalan samping masjid dulu bernama Gang Comissaris, dan berdasarkan peta kuno di belakang masjid ini pernah ada kantor Commissariaat van de betrokken wijken dan Pos Polisi, namun saat ini sudah tidak bersisa.
Jalan Budi Kemuliaan juga menyimpan banyak cerita. Di masa kolonial, tempat ini dikenal dengan nama Gang Scott, yang diambil dari nama Robert Scott, pria berkebangsaan Inggris yang menjadi kepala pelabuhan di Semarang sebelum datang ke Batavia pada 1820. Ia membangun Kampung Scott pada kedua sisi jalan. Di Gang Scott pernah berdiri Gereja untuk orang-orang Armenia, yang saat ini sudah dibongkar menjadi Gedung Bank Indonesia.
![]() |
RS Budi Kemuliaan |
Landmark terkenal dari Gang Scott adalah RS Budi Kemuliaan. Pendiri rumah sakit ini adalah yayasan Studiefonds Voor Opleiding Van Vrouwelijke Inlandse Artsen (SOVIA), yang didirikan pada 1 September 1912 karena terinspirasi dari Tulisan RA Kartini "Habis Gelap Terbitlah Terang". Yayasan SOVIA mendirikan RS Budi Kemuliaan pada tahun 1917 yang berlokasi di Hospitaalweg No. C7, Pejambon. Baru pada tahun 1935 RS ini dipindahkan ke Gang Scott No. 25. Nama Budi Kemuliaan sendiri baru digunakan pada tahun 1955.
Bergeser ke Jl. Tanah Abang Timur, terlihat sebuah bangunan yang terbengkalai. Bangunan tersebut pada masa jayanya merupakan diskotek Tanamur (akronim dari Tanah Abang Timur) yang merupakan diskotek pertama di Indonesia. Diskotek ini didirikan pada tahun 1970 oleh Ahmad Fahmy Alhady. Fahmi mendapatkan ilham untuk membuka diskotek di Jakarta setelah ia mengunjungi diskotek di Jerman. Hal ini bersamaan dengan dibukanya peluang untuk para investor asing, di mana gemerlap dunia malam seperti kasino dan diskotek dapat menarik investor. Diskotek Tanamur terkenal hingga ke mancanegara, bahkan berbagai pesohor dunia seperti Mick Jagger, Deep Purple, Bee Gees, Mohammad Ali, Ruud Gullit, dan Chuck Norris pernah singgah di tempat ini.
![]() |
(Bekas) Diskotek Tanamur |
Eksistensi Tanamur meredup sejak krisis moneter di dekade 90-an, apalagi sejak kejadian Bom Bali 2002 membuat pengunjung semakin tidak nyaman berada di klab malam . Diskotek ini resmi menyudahi gemerlapnya pada 2005. Melihat bangunan kosong tidak terurus, saya mencoba membayangkan gemerlap bangunan ini di masa jayanya, dengan ilustrasi lagu Staying Alive dari The Bee Gees yang membuat semua orang bergoyang…
Di seberang diskotek Tanamur, terdapat Jl. Tanah Abang III. Di masa lalu, jalan ini dikenal dengan nama Laan de Riemer, karena banyaknya bangunan yang menjadi milik notaris JD de Riemer, yang membeli lahan tersebut pada tahun 1884. Di antara bangunan yang ada di lahan tersebut, terdapat rumah tinggal De Riemer yang dibangun tahun 1815 oleh Gerrit Willem Casimir van Motman, Kepala Gudang VOC. Kalau menurut peta, katanya lokasi rumah De Riemer berada di sudut Laan de Riemer dan Tanah Abang West. Loh, itu kan lokasi Gedung Pelita Air Service… aku 8 tahun pernah berkantor di situ…
![]() |
Katanya di lokasi ini pernah ada rumah De Riemer |
Tahun 1908, ahli waris keluarga De Riemer menjual lahan Laan de Riemer kepada pemerintah Hindia Belanda, yang kemudian dijadikan kawasan perkantoran. Tahun 1930, bangunan utama rumah de Riemer diruntuhkan, dan kawasan tersebut diubah menjadi daerah hunian yang terdiri dari vila-vila besar bergaya arsitektur Art Deco hasil desain J.A. Raket. Kawasan ini dikenal sebagai Westerpark, dan beberapa bangunan tersebut masih bisa kita lihat hingga sekarang.
![]() |
Vila Besar Gaya Art Deco di Westerpark (sekarang Jl Tanah Abang III) |