Tuesday, December 24, 2019

Linimasa Sejarah Bandung di Museum Kota Bandung

Cuaca Bandung di akhir pekan yang lalu sangat sendu, namun Taman Sejarah Bandung di Kawasan Balai Kota tetap ramai dengan para wisatawan. Semula saya hanya ingin menghabiskan waktu di Taman Sejarah Bandung, namun mata saya justru tertuju pada sebuah bangunan tua bertuliskan "Museum Kota Bandung". Nah, menarik ini…

Kutipan Bung Karno
"Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah". Kutipan Bung Karno yang terkenal ini mengawali kunjungan saya sebelum masuk ke bangunan antik yang menjadi rumah dari Museum Kota Bandung. Bangunan antik di Jl. Aceh No. 47 ini berdiri pada tahun 1920, pertama kali digunakan sebagai Frobelschool (Taman Kanak-Kanak) milik kelompok Vrijmetselarij (Freemasonry) Bandung. Setelah bangunan ini diambil alih oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat, bangunan ini digunakan sebagai Sekolah Pendidikan Olahraga dan Kantor KONI Jawa Barat, sebelum pada tahun 2013 dihibahkan kepada Pemerintah Kota Bandung dan digunakan oleh Dinas Pemuda dan Olahraga Bandung. Tanggal 31 Oktober 2018, Walikota Bandung Oded M. Danial meresmikan bangunan ini menjadi Museum Kota Bandung.

Tampak Depan Bangunan Museum
Masuk ke dalam bangunan museum, ternyata saat ini museum belum berfungsi secara penuh. Baru 2 ruangan yang digunakan untuk menampilkan informasi sejarah Kota Bandung. Di dalam ruangan pertama berisi milestone peristiwa bersejarah di Bandung, serta nama-nama walikota Bandung dari masa ke masa, mulai dari Bertus Coops hingga Oded M. Danial. Sedangkan ruangan kedua berisi penjelasan lebih detail mengenai tonggak peristiwa bersejarah Kota Bandung, mulai dari Piagam Sultan Agung, hingga pemindahan ibukota karesidenan Priangan dari Cianjur ke Bandung.

Mural di Dinding Ruangan Pertama
Sebuah pengetahuan baru bagi saya, bahwa kemungkinan catatan peristiwa bersejarah Kota Bandung yang tertua adalah Piagam Sultan Agung. Piagam tertanggal 20 April 1641 ini berisi tentang pembagian bekas daerah kekuasaan Dipati Ukur menjadi 3: wilayah Sukapura kepada Tumenggung Wiradadaha, wilayah Bandung kepada Tumenggung Wirangunagun, dan wilayah Parakanmuncang kepada Tanubaya. Namun, seiring dengan kemunduran kerajaan Mataram, pada tahun 1677 wilayah Bandung dikuasai oleh VOC.

Piagam Sultan Agung
Bandung kembali muncul dalam sejarah Indonesia pada masa pembangunan Jalan Raya Pos. Di tahun 1810, Gubernur Jendral Daendels datang ke lokasi Jalan Raya Pos yang melintasi sungai Cikapundung, dan menancapkan tongkat kayu sambil mengucapkan "Usahakan bila aku datang kembali, di tempat ini telah dibangun sebuah kota". Tempat ini kemudian menjadi Titik Nol Bandung Namun Daendels tak pernah kembali. Pada akhirnya, Dalem Wiranatakusumah II memindahkan ibukota Negorij Priangan dari Krapyak ke Bandung, namun tidak berpusat pada titik Daendels menancapkan.tongkat, melainkan di tempat yang sekarang menjadi Pendopo Kota Bandung di dekat alun-alun.

Besluit Daendels Tahun 1810 tentang Perintah Pendirian Kota Bandung
Pembangunan Bandung di masa kolonial Hindia Belanda sangat pesat. Banyak bangunan fasilitas public didirikan dengan gaya arsitektur Eropa, membuat kota ini dijuluki Europe in De Tropen (Kawasan Eropa di daerah tropis). Demikian juga adanya jalur KA Cianjur-Bandung dan Bandung-Surabaya di akhir abad ke-19 membuka lebih banyak akses menuju Bandung. Masih banyak sejarah Bandung yang belum tersampaikan di museum ini, sehingga semoga museum ini dapat segera melengkapi koleksi dan informasi yang disampaikan, sebagai sarana edukasi yang lebih komprehensif mengenai sejarah Kota Bandung.