“Tahu Warung Lesehan Mertha Sari, Pak?”
Pak Hendro, supir mobil rental Daihatsu Xenia yang mengantar kami
dari Amlapura menuju ke Denpasar, sejenak mengernyitkan dahinya mendengar
pertanyaan kami. Ia kemudian menghubungi teman-temannya melalui ponsel, dan tak
lama kemudian mendapatkan petunjuk cara menuju tempat tersebut. Kurang lebih
300 meter setelah melewati Pura Goa Lawah, pak Hendro membelokkan mobilnya ke
kanan, masuk ke jalan kecil yang bertulisan “Jalan Pesinggahan”. Kurang lebih
100 meter dari jalan raya, kami akhirnya menemukan warung yang kami cari
tersebut.
Dilihat dari luar, bangunan Warung Lesehan Mertha Sari
tampak biasa saja. Bahkan nama warung ini hanya ditulis dengan spanduk kain. Sekilas
dari luar tampaknya warung ini sepi, hanya terlihat orang-orang yang sedang
membakar sate. Namun ketika kami masuk, rupanya warung ini jauh dari sepi,
karena kami hampir tidak kebagian meja. Bagian depan bangunan warung ini
digunakan untuk lesehan, sedangkan bagian belakangnya tersedia meja dengan
tempat duduk. Akhirnya kami memilih
duduk di bagian belakang, di meja yang tengah dibersihkan oleh pelayan warung. Mata
sempat melirik ke arah makanan-makanan ringan yang dijual di meja kasir. Eh,
tapi nanti dulu, camilan bisa menunggu, karena kami mau makan siang dulu!
Untuk makan di Warung Lesehan Mertha Sari, tidak ada pilihan
menu makanan. Mereka hanya menyediakan satu jenis menu yaitu menu paket ikan,
yang terdiri dari nasi, satu tusuk sate
ayam, dua tusuk sate lilit ikan, satu potong pepes ikan, sup ikan, sayur
plecing, kacang goreng, dan sambel matah.
Tinggal menyebutkan berapa orang yang makan, mereka akan menghidangkan makanan dengan porsi sejumlah orang yang akan makan. Model rumah makan seperti inilah
yang menjadi favorit wisatawan yang suka bingung saat memilih menu makanan atau
tengah dikejar waktu, seperti saya dan
ibu saya pada hari itu.
Sambil menunggu paket makanan kami datang, kami melihat tamu
yang datang ke warung ini silih berganti. Walaupun Warung Lesehan Mertha Sari
ini tampaknya biasa saja, namun ternyata tempat ini masuk dalam daftar wisata
kuliner yang wajib dikunjungi wisatawan, khususnya mereka yang pergi ke arah
Padangbai atau Candidasa. Selain tamu domestik, terdapat pula beberapa
wisatawan asing yang tampak menikmati hidangan di restoran ini. Wah, kalau
mereka bisa menikmati makanan di warung ini, harusnya kami juga cocok ya...
Setelah menunggu kurang lebih 10 menit, akhirnya paket
makanan kami datang. Seperti rasa makanan Bali pada umumnya, setiap masakan di Warung Lesehan Mertha Sari memiliki
rasa spicy yang menonjol. Makanan pertama yang wajib dicoba adalah sambel matahnya, berupa campuran bawang merah, sereh, cabe, minyak, dan bumbu seperti garam, gula, dan terasi. Di warung ini, sambal matahnya dicampur bersama kacang goreng.
Rasa pedas yang nikmat membuat saya mencocol sambal ini dengan nasi, dan
memakannya bersama pepes ikan dan sayur plecing. Sayang sekali, karena kangkung
sedang sulit didapat, hari itu saya tidak kebagian plecing kangkung, dan
diganti dengan sayuran lainnya.
Makanan yang menjadi primadona Warung Lesehan Mertha Sari
adalah sate lilit ikan. Satu gigitan pada daging ikan yang dililitkan pada batang
bambu dan dibakar ini terasa gurih dan spicy.
Saya menebak-nebak, rasa gurih dan spicy-nya karena dalam ramuan satenya diberi
kelapa dan cabai. Karena rasanya yang nikmat ini, kami kemudian untuk membeli
10 tusuk sate lilit ikan untuk dijadikan buah tangan di rumah.
Yang surprising
bagi saya adalah sup ikannya (atau dari bentuknya sebenarnya lebih cocok
sebagai soto ikan). Berdasarkan pengalaman, tidak banyak rumah makan yang bisa
memasak sup ikan tanpa meninggalkan rasa amis. Dan Warung Lesehan Mertha Sari
ini adalah salah satu dari rumah makan yang tidak banyak itu... Saya rasa bumbu rempah-rempah yang membuat sup
ini lebih mirip soto telah membantu agar daging ikannya tidak terasa amis. Dan
segarnya kuah sup ikan ini menutup makan siang kami di Warung Mertha Sari.
Selesai makan, kami pun pergi ke kasir untuk membayar.
Sempat degdegan mengingat harga makanan di Bali biasanya kurang ramah bagi
wisatawan domestik, ternyata kami hanya perlu membayar Rp 25.000 per porsi! (keterangan: harga ini pada pertengahan tahun 2013) Wah,
ini harus direkomendasikan kepada teman-teman traveler, terutama mereka yang
ingin bepergian ke Bali Timur, jangan lupa mampir ke warung ini, dijamin puas!
Warung Lesehan Mertha Sari beralamat di Jalan Pesinggahan, Kecamatan
Dawan, Klungkung, dan buka setiap hari dari pukul 08.00-17.00 WITA. Untuk
mengunjungi warung ini dari arah Denpasar, masuk Jl. Prof. Dr. Ida Bagus Mantra
(Bypass Ketewel) ke arah timur hingga pertigaan Kusamba. Belok kiri ke arah
Padang Bai, kurang lebih setelah berkendara 5 menit dari pertigaan tersebut
terdapat papan nama warung tersebut di sisi kanan jalan. Belok kiri masuk Jl. Pesinggahan, kurang lebih 100 meter dari jalan besar Anda akan menemukan
Warung Lesehan Mertha Sari. Dari Kota Denpasar, lama perjalanan menuju Warung
Lesehan Mertha Sari kurang lebih antara 1-1,5 jam.
2 comments:
Ah jadi ngiler, sate lilit nya merangsang pingin makan ;-)
Jadi ngiler lihat sate lilit ini, ingat di Bali
Post a Comment