Wednesday, January 3, 2018

Jejak Megalitikum Situs Cibalay

“Semangat, Kakak!”
Sebuah kalimat yang terus menerus saya ucapkan di dalam hati, ketika melintasi jalan setapak menuju ke Situs Megalitikum Arca Domas, Desa Cibalay, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Situs megalitikum yang terletak dalam kawasan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak ini letaknya tersembunyi dari keramaian, kurang lebih berjarak 2 kilometer dari jalan raya. Sedemikian “tersembunyinya” lokasi situs ini, kendaraan roda empat hanya bisa mencapai satu titik, sebelum kami harus meneruskan perjalanan melintasi jalan setapak dengan berjalan kaki atau menggunakan sepeda motor. Kami beruntung hari ini cuaca cerah, sehingga kami ditempati panorama persawahan yang membentang di kaki Gunung Salak, serta bunga-bunga rumput yang cantik di sepanjang jalan yang kami lalui.
Terdapat 8 situs megalitikum yang terletak di Desa Cibalay, namun saat mengisi liburan Natal ini kami hanya sempat mengunjungi 2 di antaranya. Situs pertama yang kami kunjungi adalah Situs Balekambang, yang terletak di area terbuka sebelum gapura masuk bertuliskan “Selamat Datang di Situs Cibalay”. Situs ini terdiri dari batu-batu besar dan pipih, dua di antaranya merupakan menhir yang diletakkan dalam posisi berdiri, serta terdapat beberapa buah dolmen berukuran kecil. Menurut cerita penduduk setempat, konon Situs Balekambang ini berfungsi seperti pintu gerbang, sehingga sebelum melakukan peribadatan di Situs Arca Domas para penziarah harus berhenti sejenak di Situs Balekambang untuk mempersiapkan diri.

Situs Balekambang

Setelah melihat-lihat Situs Balekambang, kami memasuki gapura bertuliskan “Selamat Datang di Situs Cibalay”, dan melewati anak tangga menuju ke Situs Arca Domas. Situs ini pertama kali diteliti secara detail oleh N.J. Krom pada tahun 1914, dan hasilnya dilaporkan dalam Rapporten van den Oudheidkundige Diensten Nederlandsch-Indie: inventaris dehindoe-oudeheden. Namun demikian, sejarah mencatat bahwa penemuan situs ini sudah dilaporkan oleh De Wilde pada tahun 1830. Situs ini juga pernah tercatat oleh Junghuhn pada tahun 1844, dan Muller pada tahun 1856.

Situs Arca Domas
 Jika dilihat sekilas, struktur Situs Arca Domas mengingatkan saya pada situs megalitikum Gunung Padang di Cianjur, dalam skala yang lebih kecil. Situs ini terdiri dari batu-batu pipih yang disusun membentuk punden berundak lima tingkat dan menghadap ke arah Gunung Salak. Di undakan paling tinggi terlihat teras utama yang memiliki beberapa menhir berbentuk batu pipih dalam posisi berdiri. Hal ini sangat terkait dengan kepercayaan kuno bahwa roh leluhur bersemayam di tempat tinggi. Dari jauh situs ini terlihat seperti sebuah bukit hijau, karena tanah yang menyelimuti situs seluas 2500 meter persegi ini banyak ditumbuhi semacam lumut.

Altar Utama Situs Arca Domas

 Kang Deni, petugas dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Serang yang mengantarkan kami, menjelaskan bahwa situs Arca Domas diperkirakan berasal dari masa 2000-3000 tahun sebelum Masehi. Walaupun diberi nama “Arca Domas”, di kawasan ini belum pernah ditemukan arca. Nama “Domas” diberikan karena diperkirakan terdapat 800 buah (domas berarti 800) batu pipih yang berbentuk seperti arca. Kang Deni sendiri mengenal situs ini dengan sangat baik, karena kakeknya juga bertugas sebagai penjaga situs dari dinas purbakala sejak tahun 1970. Satu hal, walaupun situs ini terletak di Kabupaten Bogor, namun pengelolaan situs ini berada di bawah Balai Pelestarian Cagar Budaya yang berkantor di Serang, Banten. Unit teknis ini berada di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dengan wilayah kerja meliputi Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Jawa Barat, dan Provinsi Lampung.

No comments: