Sunday, March 4, 2018

Romantisme Heidelbeg

Heidelberg. Nama yang pertama kali saya dengar di era 1990-an, dalam sebuah lagi instrumental dari album keempat KLa Project yang dirilis tahun 1994. What's so special with this place?

Landmark Kota Heidelberg
Pertanyaan itu akhirnya terjawab 23 tahun kemudian, ketika di pertengahan musim panas tahun 2017 saya berkesempatan menginjakkan kaki ke Heidelberg. Heidelberg merupakan kota pelajar tertua di Jerman. Kota yang terletak 78 km di sisi selatan Frankfurt ini merupakan rumah dari Ruprecht-Karls Universitat Heidelberg yang didirikan pada tahun 1386 dan merupakan universitas tertua di Jerman. Namun daya tarik utama Heidelberg adalah peninggalan tata kota dan arsitektur antik dari masa Romantik di abad ke-19 yang masih tetap terjaga. Ini dimungkinkan karena Heidelberg nyaris tak tersentuh keganasan Perang Dunia II. Banyak teori yang mengatakan hal ini terjadi karena Heidelberg merupakan markas kekuatan Amerika di Eropa, sehingga lolos dari target pemboman Sekutu.

University of Heidelberg Lama di Tengah Kota Tua
Setelah semalam beristirahat melepas penat sisa perjalanan panjang dari Berlin, pukul 10.30 kami berangkat dari penginapan. Tujuan kami adalah stasiun Heidelberger Bergbahn untuk menaiki kereta yang akan membawa kami ke Heidelberger Schloss (kastil Heidelberg). Perjalanan dari penginapan kami tempuh menggunakan trem sampai Bismarck Platz, dilanjutkan dengan bis menuju Kornmarkt, di mana stasiun Heidelberger Bergbahn berada. Melalui kontur jalan menanjak melintasi daerah berbukit-bukit, tepat jam 11 kami tiba di Kornmarkt, dan bergegas mengantri di stasiun Heidelberger Bergbahn, menunggu jadwal keberangkatan kereta berikutnya. Kereta yang akan membawa kastil ini bukan kereta api biasa yang ditarik lokomotif, melainkan kereta yang ditarik dengan kabel (funicular), dengan sudut tanjakan mencapai 43%. Kereta ini telah beroperasi sejak tahun 1890, namun saat ini masih terawat dan beroperasi dengan baik. Barangkali inilah salah satu bukti kecanggihan teknologi Jerman yang bertahan seiring berjalannya waktu.

Kereta Funicular Yang Membawa Kami ke Kastil
Kurang lebih pukul 12, kereta yang membawa kami berhenti di stasiun Heidelberg Schloss. Saat keluar dari stasiun, dari kejauhan terlihat reruntuhan kastil Heidelberg. Dengan ketinggian 80 meter di atas sungai Neckar di atas tebing bukit Konigstuhl , reruntuhan kastil Heidelberg mendominasi wajah kota Heidelberg. Kastil ini memiliki gaya arsitektur campuran jaman Gothic dan jaman Renaissance.  Keberadaan kastil ini telah diketahui sejak tahun 1155, sekaligus sebagai penanda kelahiran dinasti Palatine di Heidelberg. Pada awal pembangunannya, kastil ini berfungsi sebagai benteng pertahanan. Kastil baru digunakan sebagai tempat tinggal sejak masa pemerintahan Pangeran Ruprecht III di tahun 1398.


Salah Satu Sudut Kastil Heidelberg
Sejak didirikan, kastil Heidelberg telah menjadi  saksi kekuasaan dinasti Palatine, serta beberapa kali mengalami kehancuran akibat perang atau kebakaran. Kerusakan terparah terjadi ketika kastil terbakar akibat sambaran petir di tahun 1764. Sejak saat itu kastil Heidelberg terbengkalai, bahkan batu-batunya dijarah dan dijadikan bahan pembuatan rumah-rumah modern. Namun pada tahun 1810, Count Charles de Graimberg menghentikan hal tersebut, dan kemudian menjadikan kastil Heidelberg sebagai cagar budaya. Beruntung Count de Graimberg mengambil tindakan ini, jika tidak, kastil Heidelberg barangkali hanya tinggal nama.

Salah Satu Sudut Kastil Heidelberg
Setelah melihat sisa-sisa reruntuhan kastil, kami masuk ke halaman dalam kastil dan menuju The German Pharmacy Museum. Museum ini menempati gedung Ottheinrichsbau, sebuah bangunan bergaya Renaissance yang didirikan antara tahun 1556-1566 atas perintah Pangeran Otto Heinrich. Koleksi museum terdiri dari benda-benda terkait sejarah dunia farmasi dan apotik di dunia, termasuk diorama ruang farmasi, laboratorium, buku farmakope, manuskrip, peralatan pembuatan obat, serta berbagai jenis obat-obatan dari abad 17-19. Dari isi museum tersebut, terbayang bagaimana perkembangan ilmu pengobatan dan industri obat sejak awal peradaban manusia hingga abad 19. Seandainya waktu kami cukup banyak, bisa jadi kami akan menghabiskan waktu seharian di dalam museum untuk mempelajari isi museum.

The German Pharmacy Museum
Kurang lebih di seberang Museum Farmasi, terdapat sebuah restoran yang menempati ruang bawah tanah kastil. Di dalam restoran tersebut terdapat tong anggur raksasa yang disebut Heidelberg Tun. Tong anggur ini diklaim sebagai tong anggur terbesar di dunia. Tong dengan tinggi 7 meter, lebar 8,5 meter dan berkapasitas 219.000 liter tersebut dibuat pada tahun 1751 atas perintah Pangeran Karl Theodor, untuk menampung anggur yang diserahkan para petani anggur di Palatine sebagai pembayaran upeti. Saat ini tong tersebut tidak digunakan untuk menyimpan anggur, dan lebih berfungsi sebagai obyek foto-foto.

Heidelberg Tun
Pukul 14.00, kami kembali ke stasiun Heidelberg Schloss, menaiki kereta kabel kembali ke Kornmarkt. Dari Kornmarkt, kami melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki menuju Markplatz (Market Square), yang merupakan jantung dari Heidelberg Altstadt (kota tua Heidelberg). Markplatz ditandai dengan Heiliggeistkirche (Church of The Holy Ghost) di sisi barat, dan Balai Kota di sisi timur, serta Herkulesbrunnen atau air mancur Hercules. Sejak abad pertengahan, tempat ini merupakan pusat kegiatan di Heidelberg, termasuk untuk pasar, sekaligus tempat pemberian hukuman penjahat dan orang-orang yang dituduh sebagai penyihir.

Church of The Holy Ghost, Dilihat Dari Kastil Heidelberg
Daerah paling populer dari Altstadt adalah Hauptstrasse atau Main Street, sebuah jalur sepanjang 1,6 kilometer yang membentang sepanjang Altstadt dari Markplatz hingga ke Bismarck Platz. Tempat ini merupakan pedestrian paling panjang di Jerman. Di sepanjang jalur terdapat toko-toko souvenir, toko-toko barang bermerk seperti yang sering kita temukan di pusat perbelanjaan internasional, beer garden, dan restoran. Toko-toko ini menempati bangunan-bangunan kuno bergaya renaissance, dan hampir di setiap sudut jalanan terdapat bangunan dengan ornamen arsitektur menarik yang sayang untuk dilewatkan. Inilah yang membuat romantisme kota ini sulit ditandingi. Namun demikian, selama berjalan kaki melintasi Hauptstrasse, kami pun harus memegang erat-erat dompet, dan menguatkan tekad untuk melawan godaan berbelanja barang-barang lucu di toko-toko sepanjang Hauptstrasse.

Salah Satu Sudut Hauptstrasse
Sebelum menelusuri Hauptstrasse, kami menyempatkan diri berfoto di Karl Theodor Brucke, salah satu landmark Heidelberg lainnya. Jembatan kuno sepanjang 200 meter ini melintasi sungai Neckar dan menghubungkan Heidelberg Altstadt dengan Neunheim di seberang sungai. Bangunan jembatan ini memilki sejarah yang sama panjangnya dengan kastil Heidelberg. Pertama kali dibangun pada tahun 1248, jembatan ini beberapa kali dibangun dan bangunan yang saat ini berdiri merupakan bangunan kesembilan yang dibangun pada tahun 1788. Salah satu penanda jembatan tua ini adalah Bruckentor atau gerbang menara batu di sisi selatan, yang bentuknya menyerupai roket kembar. Sebagai pendamping, di sisi barat jembatan tua ini telah ditambahkan jembatan baru, yang menghubungkan antara Bismarkplatz dengan Neunheim.

Karl Theodor Brucke

Bruckentor
Sehari menjelajahi beberapa landmark di Heidelberg dan mengetahui berbagai kisah yang melatarbelakangi landmark tersebut, saya akhirnya memahami emosi yang ingin disampaikan KLa Project melalui lagu Heidelbeg ’92. Emosi tentang keagungan sebuah wilayah yang memiliki sejarah demikian panjang. Emosi tentang romantisme yang terkandung di setiap sudut kota. Dan emosi yang timbul, ketika upaya mempertahankan bukti sejarah panjang yang berpadu dengan atmosfer romantis telah memberikan hasil yang sepadan bagi kelangsungan Kota Heidelbeg. Tak ingin rasanya cepat pergi dari kota ini, dan semoga romantisme Heidelberg tak akan lekang dimakan oleh waktu.

No comments: