Salah satu jenis wisata minat khusus yang saat ini dikembangkan di Indonesia adalah wisata sejarah dan budaya, dengan mengunjungi tempat-tempat yang bukan merupakan tempat wisata umum, namun memiliki daya tarik yang unik yang membuat para peminat sejarah dan budaya untuk datang ke tempat tersebut. Di Jawa Tengah, salah satu tempat yang potensial untuk dijadikan destinasi wisata minat khusus budaya adalah Pekalongan yang merupakan salah satu sentra batik pesisir di pantai utara Jawa.
Industri batik di Pekalongan telah tumbuh sejak periode 1850-1860. Batik Pekalongan memiliki ciri khas tersendiri, yaitu menggunakan warna-warna cerah dengan pola khas yang merupakan perpaduan pengaruh budaya Jawa, Cina, Arab, dan Eropa. Jenis batik Pekalongan yang populer adalah batik buketan (motif bunga yang dipengaruhi gaya Eropa), batik encim (motif dipengaruh budaya Cina seperti burung hong dan naga) serta batik Djawa Hokokai (motif bunga sakura dan kupu-kupu yang diciptakan pada masa penjajahan Jepang).
Salah satu pengrajin batik encim khas Pekalongan adalah Rumah Batik Liem Ping Wie di Jl. Raya No. 192, Kecamatan Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan. Rumah batik ini dikelola oleh putri keenam Liem Ping Wie yang bernama Liem Poo Hien. Jika diperhatikan dengan seksama, batik encim produksi Rumah Batik Liem Ping Wie buatannya lebih halus jika dibandingkan dengan batik encim kebanyakan. Pengunjung Rumah Batik Liem Ping Wie bisa mengunjungi workshop yang terletak di belakang rumah untuk melihat proses pembuatan batik dengan teknik tulis dan cap. Mencanting dan mengoreksi hasil canting yang rusak dikerjakan oleh karyawan perempuan, sedangkan batik cap dikerjakan oleh karyawan laki-laki. Satu helai batik tulis produksi Rumah Batik Liem Ping Wie diproduksi selama 2 tahun, dengan harga mulai dari 2 juta hingga 15 juta, bergantung tingkat kehalusan motif dan kerumitan pembuatannya.
Pengrajin Batik Cap di Workshop Rumah Batik Lim Ping Wie |
Jenis batik lain yang juga merupakan khas Pekalongan adalah batik Djawa Hokokai. Batik ini memiliki warna tegas dengan motif bunga sakura dan kupu-kupu yang dipengaruhi budaya Jepang. Ciri khas dari batik ini adalah motifnya yang dibuat “pagi-sore”, di mana dalam satu helai kain panjang memiliki 2 motif batik yang berbeda warna. Motif dengan warna terang digunakan untuk pagi hari, sedangkan motif dengan warna gelap digunakan untuk acara malam hari. Salah satu produsen batik Djawa Hokokai adalah Bapak Fatkhul Huda, yang memiliki workshop di Kecamatan Wiradesa.
Pengrajin Batik Tulis di Workshop Pak Fatkhul Huda |
Batik Jlamprang Kreasi Bapak Umar Qoyiim |
Lukisan Batik di Lorong di Kampung Wisata Batik Pesindon |
Pengunjung Museum Belajar Menggunakan Canting |
Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Visit Jawa Tengah Periode 5.
3 comments:
untuk bisa masuk ke workshop apakah harus ikut tur atau langsung saja datang ke tempat ya?
Sebaiknya langsung datang dan minta ijin ke owner toko batik untuk lihat workshopnya mereka
wah ternyata mba arini sudah pernah ke tempat saya ya, saya juga dari Pekalongan mba, memang produsen batik di Pekalongan ini jumlahnya sangat banyak jadi persaingan antar pengrajin ini sangat terasa. setiap pegrajin dituntut kreatif dalam menciptakan motif-motif baru agar terus bisa eksis di dunia industri batik
Post a Comment