Saturday, August 31, 2013

Wisata Sorong, Pintu Gerbang Terdepan Provinsi Papua Barat

Kota Sorong bukan ibukota Provinsi Papua Barat, namun merupakan gerbang terdepan Provinsi Papua Barat, karena hampir semua pesawat yang memiliki tujuan ke Papua Barat mendarat di Sorong. Kota Sorong mungkin lebih dikenal sebagai pintu masuk menuju gugusan Kepulauan Raja Ampat, namun sebenarnya Sorong juga memiliki berbagai potensi wisata yang menarik. Sungguh menarik dapat mengabadikan berbagai keindahan obyek wisata Kota Sorong dan sekitarnya dengan kamera, seperti yang pernah saya lakukan pada penghujung bulan Maret tahun 2012.

Obyek wisata Sorong yang kami kunjungi pertama kali adalah Taman Wisata Alam (TWA) Sorong. TWA Sorong terletak di Km 14 jalan raya antara Sorong-Distrik Aimas, dan saya menempuh perjalanan kurang lebih 20 menit dari Pusat Kota Sorong. Kawasan konservasi seluas 945,9 hektar ini dibentuk berdasarkan SK Menteri Kehutanan RI Nomor 188/Kpts-II/1986 tanggal 7 Juni 1986, serta biasanya dimanfaatkan untuk penelitian tanaman dan pengamatan burung.
Pintu Gerbang TWA Sorong

Memasuki kawasan TWA Sorong, kami disambut pepohonan tinggi yang mewakili ekosistem hutan dataran rendah iklim tropis basah. Berbeda dengan taman hutan raya yang pernah kami kunjungi sebelumnya, walaupun saat kami berkunjung merupakan akhir pekan, namun kami tak melihat ada pengunjung lain yang masuk ke kawasan ini. Seandainya kami punya waktu lebih lama, kami sebenarnya bisa melakukan trekking ke air terjun, namun karena kami masih punya agenda ke tempat-tempat wisata lainnya, kami hanya berfoto-foto sejenak, kemudian meninggalkan kawasan ini menuju obyek wisata berikutnya.
Suasana di TWA Sorong

Tujuan kami berikutnya adalah Bendungan Klasmesen, yang terletak di Kelurahan Klamalu, Distrik Aimas, Kabupaten Sorong. Karena ukurannya yang tidak terlalu besar (kurang lebih hanya 125 hektar), seringkali bendungan ini lebih tepat disebut sebagai waduk mikro atau embung, dan dikenal sebagai Embung Klamalu. Waduk ini dibangun untuk irigasi di wilayah Kelurahan Klamalu, serta dimanfaatkan sebagai obyek wisata bagi warga Kota Sorong dan Kabupaten Sorong. Dari pusat Distrik Aimas, diperlukan waktu kurang lebih 30 menit untuk menuju ke bendungan ini.
Bendungan Klasmesen
 Kami tiba di Embung Klamalu tepat tengah hari, dan saat itu cuaca sangat cerah. Cuaca cerah ini membuat kami bisa menikmati pemandangan di sekitar waduk yang masih sangat alami, dengan warna-warni pepohonan yang mengelilingi waduk terpantul dengan jelas di permukaan air. Di atas danau terlihat juga perahu kayu dan perahu bebek yang bisa digunakan untuk mengelilingi danau. Kami pun sempat melihat pintu air yang digunakan untuk mengatur debit alir ke sawah-sawah di sekitar Kelurahan Klamalu. Di sekitar danau, terdapat beberapa rumah makan lesehan yang dilengkapi dengan kolam pemancingan dan fasilitas bermain anak-anak. Saat kami berkunjung, kami melihat beberapa wisatawan yang sedang bersantap di rumah makan ini.
Permukaan Embung Klamalu
Setelah menikmati makan siang di salah satu warung makan di pusat Distrik Aimas, kami melanjutkan perjalanan melintasi Kota Sorong, menuju Taman Rekreasi Pantai Tanjung Kasuari. Pantai yang terletak 7 kilometer ke arah timur Kota Sorong ini juga merupakan obyek wisata favorit warga Kota Sorong. Selain memiliki kawasan untuk umum, di garis pantai yang sama terdapat juga pantai-pantai privat dengan berbagai nama. Sepanjang perjalanan, kami bertemu banyak angkutan umum yang disewa oleh para wisatawan lokal yang akan berkunjung ke pantai ini.
Pantai Tanjung Kasuari
Setelah melihat suasana di sekitar Pantai Tanjung Kasuari, saya jadi mengerti kenapa pantai ini menjadi tempat wisata favorit warga Kota Sorong. Hembusan angin laut dan pepohonan di sepanjang pantai membawa suasana sejuk, kontras dengan hawa Kota Sorong yang umumnya panas. Selain itu, Pantai Tanjung Kasuari merupakan pantai yang aman untuk berenang, walaupun pantai ini berhadapan dengan laut lepas. Jika dilihat dengan seksama, 100 meter dari bibir pantai terdapat deretan batu karang, sehingga ombak yang mengarah ke pantai akan pecah saat menghantam batu karang tersebut. Deretan karang ini menjadi keunikan bagi Pantai Tanjung Kasuari, karena walaupun dasar pantai berkarang, namun tepian pantai memiliki hamparan pasir putih yang halus.

Dalam perjalanan kembali ke Kota Sorong, kami mampir ke daerah Bukit Baru. Daerah ini sebenarnya bukan merupakan destinasi wisata, namun sebuah bukit besar yang terletak di tengah Kota Sorong. Dari puncak Bukit Baru, akan terlihat pemandangan Kota Sorong, pantai kota Sorong yang dikenal dengan nama Pantai Dofior, serta Pulau Doom yang terletak di seberang Kota Sorong. Pulau Doom merupakan tempat pemukiman pertama di Kota Sorong sejak bangsa Belanda datang ke Sorong pada tahun 1930-an, dan sampai saat ini masih dihuni.
Pulau Doom Dilihat dari Bukit Baru
Wisata akhir pekan kami di Sorong diakhiri dengan menunggu matahari terbenam di Pantai Dofior. Penduduk setempat lebih mengenai pantai ini sebagai “Pantai Tembok Berlin”, karena sepanjang pantai ini terdapat tembok sepanjang 3 kilometer dengan tinggi 1,5 meter dan lebar 1 meter, yang berfungsi sebagai tanggul sekaligus pemecah ombak. Di sore hari, pantai ini merupakan tempat favorit warga Kota Sorong. Sebagian dari mereka ada yang duduk-duduk di tembok sambil menunggu panorama matahari terbenam sekaligus menikmati hembusan angin, sebagian lagi ada yang menikmati wisata kuliner berupa kudapan ringan atau early dinner dari warung-warung tenda yang menjajakan makanan di sepanjang Pantai Tembok Berlin.
Pantai Tembok Berlin, Kota Sorong
Walaupun sore itu cuaca berawan, namun kami akhirnya dapat melihat matahari terbenam di timur Indonesia. Semburat warna kuning dan biru di langit, berpadu dengan arak-arakan awan di langit, pantulan sinar matahari di permukaan laut, dan siluet kapal yang berlayar di depan Pantai Tembok Berlin menghasilkan panorama yang unik yang tidak bisa ditemukan di tempat-tempat lain. Adalah suatu sensasi tersendiri, menikmati panorama matahari terbenam dari Pantai Kota Sorong, ujung barat dari pulau paling timur Nusantara.  

Keterangan : Artikel asli dimuat di Kompasiana.

No comments: