Thursday, May 28, 2015

Kabupaten Sleman, Rumahnya Candi-Candi Cantik

Mendengar kata candi di Kabupaten Sleman, yang terbayang barangkali adalah Kompleks Candi Prambanan dan Situs Keraton Ratu Boko yang sudah tersohor. Tapi sebenarnya di Kabupaten Sleman banyak bertebaran candi-candi cantik lainnya dari masa kerajaan Mataram Kuno, baik yang bergaya Hindu maupun Buddha. Sebagian candi itu sudah dipugar dan dibuka untuk wisata umum, sedangkan sebagian lainnya masih dalam proses penggalian atau pemugaran. Ada candi apa saja ya di Sleman?

Candi Sambisari
Saat berkendara dari arah kota Yogya menuju Klaten, candi pertama yang bisa dikunjungi adalah Candi Sambisari yang terletak di sisi kiri jalan, kurang lebih 10 km dari pusat kota Yogyakarta. Namun jangan heran saat pertama kali hadir kita tidak bisa menemukan candinya, karena Candi Sambisari seperti terletak di bawah permukaan tanah. Saat ditemukan pada tahun 1966, posisi Candi Sambisari memang terpendam sedalam 6,5 meter di bawah permukaan tanah. Besar kemungkinan hal ini terjadi akibat timbunan lahar Gunung Merapi. Pemugaran Candi Sambisari membutuhkan waktu 21 tahun, dan pada tahun 1987 candi ini dibuka untuk umum.



Dari sebuah prasasti berbentuk lempengan emas yang ditemukan di dekat candi, para ahli memperkirakan Candi Sambisari dibangun antara tahun 812-838 M. Candi Sambisari terdiri dari sebuah candi induk dengan 3 candi perwara, yang dikelilingi tembok berukuran 50 meter x 48 meter. Jika melihat bentuk bangunan candi serta arca yang terletak di tubuh candi, Candi Sambisari merupakan candi Hindu.Di dalam bangunan utama juga terdapat sepasang lingga-yoni berdiameter 1,5 meter, yang digunakan untuk membuat air suci.

Candi Kalasan
Candi Kalasan terletak kurang lebih 7 km di sisi barat Candi Prambanan. Tidak sulit untuk menemukan candi ini, karena lokasi candi terlihat dari jalan raya Yogyakarta-Klaten. Apabila kita berkendara dari arah Yogya menuju Klaten, Candi Kalasan terletak di sisi kanan jalan.
Candi Kalasan merupakan Candi Buddha tertua di sekitar Yogyakarta. yang dibangun sekitar akhir abad ke-8 Masehi oleh Rakai Panangkaran dari Wangsa Syailendra. Diduga candi ini dibangun sebagai penghormatan pada Tarabhawana, salah satu bodhisattwa wanita menurut mitologi agama Budha, sehingga dikenal sebagai Candi Tara. Konon Atisha Dipankara, seorang pendeta Budha asal Bengali, India, pernah mengunjungi Candi Kalasan dan candi ini menjadi salah satu sumber inspirasinya dalam menyebarkan agama Budha.



Bangunan candi setinggi 24 meter dengan panjang sisi 16,5 meter ini berbentuk tambun, sesuai dengan ciri khas candi-candi Budha. Candi Kalasan pernah mengalami pemugaran hingga empat kali, dan pemugaran terakhir dilakukan pada tahun 1939-1940. Candi ini memiliki pintu masuk di sisi timur, namun saat ini candi tidak dapat dimasuki karena tangga ke arah bagian dalam candi hanya berupa tumpukan batu. Permukaan tubuh candi penuh dengan relief cantik, di antaranya relief pohon dewata dan awan beserta penghuni kahyangan yang tengah bermain musik. Puncak candi diduga berbentuk stupa besar, namun belum berhasil direkonstruksi karena banyak batuan asli yang tidak ditemukan. Dari batuan yang ditemukan, diperkirakan Candi Kalasan dikelilingi oleh kurang lebih 52 stupa, dengan tinggi kurang lebih 4,6 meter. Stupa-stupa ini sebagian besar banyak yang tidak dapat dibangun lagi karena batunya banyak yang hilang.

Candi Sari
Candi Sari terletak 500 meter di sisi timur laut dari Candi Kalasan, dengan lokasi candi kurang lebih berseberangan dengan Candi Kalasan. Jika Anda berkendara dari kota Yogyakarta ke arah Solo, jalan masuk menuju Candi Sari terletak di sisi kiri.



Candi Sari ditemukan pada tahun 1840, dan pertama kali dipugar pada tahun 1929-1930. Dari berbagai ciri arsitektur dan ornamen bangunan, diketahui bahwa bangunan ini merupakan bangunan agama Buddha, serta dibangun pada masa yang sama dengan Candi Kalasan. Sekilas, bangunan Candi Sari berbentuk seperti asrama, sehingga para ahli menduga bangunan ini merupakan vihara atau tempat tinggal para pendeta. Sangat mungkin bangunan ini adalah vihara yang dimaksud dalam prasasti Kalasan.
Candi ini berukuran penampang alas 17,3 meter x  10 meter. Bagian tubuh candi terdiri dari 3 ruangan yang masing-masing dihubungkan dengan pintu. Di dalam masing-masing ruangan terdapat relung, yang diduga semula merupakan tempat arca Budha yang diapit Bodhisatwa. Jika cukup teliti, Anda bisa melihat lubang-lubang di tembok bagian dalam candi. Diperkirakan lubang ini merupakan tempat dudukan kayu untuk menyangga lantai di bagian atas. Bagian atas candi terdapat 9 stupa yang tersusun dalam 3 deretan sejajar.

Candi Banyu Nibo
Di Desa Cepit, tak jauh dari pintu masuk Kompleks Keraton Ratu Boko, terdapat Candi Banyu Nibo. "Banyu Nibo" dalam bahasa Jawa berarti air menetes, nama ini diberikan karena penduduk setempat melihat bentuk candi ini dari jauh seperti tetesan air yang jatuh ke tanah. Candi Banyu Nibo didirikan pada sekitar abad 9 Masehi. Saat ditemukan pada tahun 1940, Candi Banyunibo berada dalam keadaan runtuh. Pemugaran candi dilakukan secara bertahap hingga selesai dibangun kembali pada tahun 1978. Saat ini candi ini terlihat masih utuh dan kokoh dengan berbagai relief yang masih nampak jelas.



Kompleks candi ini terdiri dari satu candi induk yang menghadap ke barat dan enam candi perwara yang berderet di sisi selatan dan timur. Bangunan utama candi berukuran 15,3 meter x 14,25 meter dengan tinggi 14,25 meter. Di bagian dalam bangunan candi utama,  di sisi selatan terdapat relief wanita yang dikelilingi anak-anak yang merupakan perwujudan Dewi Hariti (dewi kesuburan atau dewi kekayaan dalam agama Budha), sedangkan di sisi utara terdapat relief pria yang sedang duduk yang ditafsirkan merupakan perwujudan Vaisarawana. Bagian puncak candi berbentuk stupa, yang merupakan ciri arsitektur bagunan suci umat Budha. Pada masing-masing sudut kaki candi dan di bagian tengah masing-masing sisi kaki candi terdapat hiasan berupa "Jaladwara" berbentuk Makara yang berfungsi sebagai saluran air hujan. Di sekeliling candi terdapat selasar yang berfungsi sebagai lorong untuk mengelilingi candi.

Candi Ijo
Candi Ijo merupakan candi yang terletak paling tinggi di Kabupaten Sleman, bahkan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Candi ini berada di Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, di atas bukit Gumuk Ijo pada ketinggian 410 meter di atas permukaan laut. Untuk mencapai candi ini, ikuti jalan ke arah Candi Ratu Boko, kemudian di persimpangan menuju Ratu Boko-Banyunibo-Candi Ijo berbelok ke kanan ke arah Candi Ijo. Sepanjang perjalanan terlihat pemandangan hutan jati dan perbukitan kapur.



Candi Ijo merupakan kompleks candi Hindu yang (seharusnya) terdiri dari 17 bangunan yang terbagi dalam 11 teras berundak. Susunan seperti ini berbeda dengan susunan candi yang ditemukan di sekitar Jawa Tengah dan DI Yogyakarta yang pada umumnya memusat ke tengah. Keunikan lainnya, pondasi candi di kompleks Candi Ijo tidak terbuat dari batu andesit, melainkan dipahat langsung dari batuan bukit kapur. Saat ini bagian yang sudah dipugar dan dapat dilihat oleh umum adalah pada teras paling atas atau teras kesebelas. Di teras ini terdapat tiga bangunan candi utama atau bagian yang paling suci yang menunjukkan penghormatan kepada Trimurti atau tiga dewa utama dalam mitologi Hindu : Brahma, Wisnu dan Syiwa, serta tiga candi perwara di depannya. Candi-candi utama ini dipugar antara tahun 2000-2003.

Penasaran dengan candi-candi cantik yang baru saja saya ceritakan? Atau ingin tahu candi-candi cantik lainnya di Kabupaten Sleman? Mari melakukan perjalanan Wisata ke Sleman, dijamin banyak pengalaman menarik dan seru yang bisa kita alami!

Banner Lomba


1 comment:

ahliah citra said...

Waah. Sleman tempat wisatanya banyak banget