Kota Sorong bukan ibukota Provinsi Papua Barat, namun merupakan
gerbang terdepan Provinsi Papua Barat, karena hampir semua pesawat yang
memiliki tujuan ke Papua Barat mendarat di Sorong. Kota Sorong mungkin
lebih dikenal sebagai pintu masuk menuju gugusan Kepulauan Raja Ampat,
namun sebenarnya Sorong juga memiliki berbagai potensi wisata yang
menarik. Sungguh menarik dapat mengabadikan berbagai keindahan obyek
wisata Kota Sorong dan sekitarnya dengan kamera, seperti yang pernah
saya lakukan pada penghujung bulan Maret tahun 2012.
Obyek wisata Sorong yang kami kunjungi pertama kali adalah Taman Wisata
Alam (TWA) Sorong. TWA Sorong terletak di Km 14 jalan raya antara
Sorong-Distrik Aimas, dan saya menempuh perjalanan kurang lebih 20 menit
dari Pusat Kota Sorong. Kawasan konservasi seluas 945,9 hektar ini
dibentuk berdasarkan SK Menteri Kehutanan RI Nomor 188/Kpts-II/1986
tanggal 7 Juni 1986, serta biasanya dimanfaatkan untuk penelitian
tanaman dan pengamatan burung.
 |
Pintu Gerbang TWA Sorong |
Memasuki kawasan TWA Sorong, kami disambut pepohonan tinggi yang
mewakili ekosistem hutan dataran rendah iklim tropis basah. Berbeda
dengan taman hutan raya yang pernah kami kunjungi sebelumnya, walaupun
saat kami berkunjung merupakan akhir pekan, namun kami tak melihat ada
pengunjung lain yang masuk ke kawasan ini. Seandainya kami punya waktu
lebih lama, kami sebenarnya bisa melakukan trekking ke air terjun, namun
karena kami masih punya agenda ke tempat-tempat wisata lainnya, kami
hanya berfoto-foto sejenak, kemudian meninggalkan kawasan ini menuju
obyek wisata berikutnya.
 |
Suasana di TWA Sorong |
Tujuan kami berikutnya adalah Bendungan Klasmesen, yang terletak di
Kelurahan Klamalu, Distrik Aimas, Kabupaten Sorong. Karena ukurannya
yang tidak terlalu besar (kurang lebih hanya 125 hektar), seringkali
bendungan ini lebih tepat disebut sebagai waduk mikro atau embung, dan
dikenal sebagai Embung Klamalu. Waduk ini dibangun untuk irigasi di
wilayah Kelurahan Klamalu, serta dimanfaatkan sebagai obyek wisata bagi
warga Kota Sorong dan Kabupaten Sorong. Dari pusat Distrik Aimas,
diperlukan waktu kurang lebih 30 menit untuk menuju ke bendungan ini.
 |
Bendungan Klasmesen |
Kami tiba di Embung Klamalu tepat tengah hari, dan saat itu cuaca sangat
cerah. Cuaca cerah ini membuat kami bisa menikmati pemandangan di
sekitar waduk yang masih sangat alami, dengan warna-warni pepohonan yang
mengelilingi waduk terpantul dengan jelas di permukaan air. Di atas
danau terlihat juga perahu kayu dan perahu bebek yang bisa digunakan
untuk mengelilingi danau. Kami pun sempat melihat pintu air yang
digunakan untuk mengatur debit alir ke sawah-sawah di sekitar Kelurahan
Klamalu. Di sekitar danau, terdapat beberapa rumah makan lesehan yang
dilengkapi dengan kolam pemancingan dan fasilitas bermain anak-anak.
Saat kami berkunjung, kami melihat beberapa wisatawan yang sedang
bersantap di rumah makan ini.
 |
Permukaan Embung Klamalu |
Setelah menikmati makan siang di salah satu warung makan di pusat
Distrik Aimas, kami melanjutkan perjalanan melintasi Kota Sorong, menuju
Taman Rekreasi Pantai Tanjung Kasuari. Pantai yang terletak 7 kilometer
ke arah timur Kota Sorong ini juga merupakan obyek wisata favorit warga
Kota Sorong. Selain memiliki kawasan untuk umum, di garis pantai yang
sama terdapat juga pantai-pantai privat dengan berbagai nama. Sepanjang
perjalanan, kami bertemu banyak angkutan umum yang disewa oleh para
wisatawan lokal yang akan berkunjung ke pantai ini.
 |
Pantai Tanjung Kasuari |
Setelah melihat suasana di sekitar Pantai Tanjung Kasuari, saya jadi
mengerti kenapa pantai ini menjadi tempat wisata favorit warga Kota
Sorong. Hembusan angin laut dan pepohonan di sepanjang pantai membawa
suasana sejuk, kontras dengan hawa Kota Sorong yang umumnya panas.
Selain itu, Pantai Tanjung Kasuari merupakan pantai yang aman untuk
berenang, walaupun pantai ini berhadapan dengan laut lepas. Jika dilihat
dengan seksama,
100 meter dari
bibir pantai terdapat deretan batu karang, sehingga ombak yang mengarah
ke pantai akan pecah saat menghantam batu karang tersebut. Deretan
karang ini menjadi keunikan bagi Pantai Tanjung Kasuari, karena walaupun
dasar pantai berkarang, namun tepian pantai memiliki hamparan pasir
putih yang halus.
Dalam perjalanan kembali ke Kota Sorong, kami mampir ke daerah Bukit
Baru. Daerah ini sebenarnya bukan merupakan destinasi wisata, namun
sebuah bukit besar yang terletak di tengah Kota Sorong. Dari puncak
Bukit Baru, akan terlihat pemandangan Kota Sorong, pantai kota Sorong
yang dikenal dengan nama Pantai Dofior, serta Pulau Doom yang terletak
di seberang Kota Sorong. Pulau Doom merupakan tempat pemukiman pertama
di Kota Sorong sejak bangsa Belanda datang ke Sorong pada tahun 1930-an,
dan sampai saat ini masih dihuni.
 |
Pulau Doom Dilihat dari Bukit Baru |
Wisata akhir pekan kami di Sorong diakhiri dengan menunggu matahari
terbenam di Pantai Dofior. Penduduk setempat lebih mengenai pantai ini
sebagai “Pantai Tembok Berlin”, karena sepanjang pantai ini terdapat
tembok sepanjang 3 kilometer dengan tinggi 1,5 meter dan lebar 1 meter,
yang berfungsi sebagai tanggul sekaligus pemecah ombak. Di sore hari,
pantai ini merupakan tempat favorit warga Kota Sorong. Sebagian dari
mereka ada yang duduk-duduk di tembok sambil menunggu panorama matahari
terbenam sekaligus menikmati hembusan angin, sebagian lagi ada yang
menikmati wisata kuliner berupa kudapan ringan atau early dinner dari
warung-warung
tenda yang menjajakan makanan di sepanjang Pantai Tembok Berlin.
 |
Pantai Tembok Berlin, Kota Sorong |
Walaupun sore itu cuaca berawan, namun kami akhirnya dapat melihat
matahari terbenam di timur Indonesia. Semburat warna kuning dan biru di
langit, berpadu dengan arak-arakan awan di langit, pantulan sinar
matahari di permukaan laut, dan siluet kapal yang berlayar di depan
Pantai Tembok Berlin menghasilkan panorama yang unik yang tidak bisa
ditemukan di tempat-tempat lain. Adalah suatu sensasi tersendiri,
menikmati panorama matahari terbenam dari Pantai Kota Sorong, ujung
barat dari pulau paling timur Nusantara.
Keterangan : Artikel asli dimuat di Kompasiana.