Anda pecinta wisata sejarah dan budaya? Jawa Tengah adalah tempat yang tepat dijadikan sebagai destinasi wisata sejarah dan budaya. Jawa Tengah merupakan tempat asal muasal manusia Jawa. Jawa Tengah juga merupakan pusat peradaban sejak masa silam yang menjadi pusat perkembangan budaya manusia. Inilah mengapa di Jawa Tengah Anda bisa menemukan berbagai ragam destinasi wisata sejarah dan budaya yang menarik. Banyak peristiwa bersejarah yang terjadi di Jawa Tengah, sehingga begitu banyak peninggalan sejarah yang kemudian dijadikan destinasi wisata. Demikian juga dengan budaya, begitu banyak kekayaan budaya di Jawa Tengah yang dijadikan destinasi wisata, baik budaya khas Jawa Tengah, maupun budaya-budaya lokal yang telah menyerap berbagai pengaruh dari luar.
Apa saja destinasi wisata sejarah dan budaya favorit Jawa Tengah? Inilah 10 destinasi wisata sejarah dan budaya favorit Jawa Tengah versi saya!
1. CANDI BOROBUDUR
Tak ada yang memungkiri Borobudur adalah destinasi wisata budaya paling top di Jawa Tengah. Candi Buddha terbesar di dunia ini terletak di Muntilan, Magelang. Didirikan pada abad ke 8-9 Masehi oleh Dinasti Syailendra dari kerajaan Mataram Kuno, saat ini Candi Borobudur sudah diakui UNESCO sebagai salah satu Situs Warisan Dunia.
Keunikan dari Candi Borobudur adalah bangunannya dibuat menutupi sebuah bukit alam. Candi ini juga dilengkapi dengan deretan relief yang jika dijajarkan, panjangnya mencapai 3000 meter. Relief-relief ini terdiri dari kisah Sang Budha, berbagai ajaran sang Budha dari India, serta gambaran kehidupan masyarakat Jawa pada masa itu. Relief yang ada di candi Borobudur diakui sebagai relief yang paling elegan dan anggun di antara karya seni berlanggam Buddha lainnya.
Saat ini Candi Borobudur masih digunakan sebagai tempat ziarah keagamaan. Setiap tahunnya umat Buddha dari seluruh Indonesia dan mancanegara berkumpul di Candi Borobudur untuk memperingati Trisuci Waisak. Lengkapi kunjungan ke Candi Borobudur dengan mengunjungi Candi Mendut dan Candi Pawon, yang merupakan bagian dari prosesi para biksu dalam memperingati Hari Raya Waisak. Tak lupa singgah juga di Vihara Mendut untuk melihat rupang Sleeping Buddha di halaman depan vihara.
2. LAWANG SEWU
Bangunan antik yang terletak di depan Tugu Muda, Kota Semarang ini memiliki begitu banyak pintu, sehingga diberi nama “Lawang Sewu”. Sejarah bangunan ini terkait erat dengan sejarah kereta api di Indonesia. Bangunan ini dibuat pada tahun 1904, dan pada awalnya digunakan sebagai kantor Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij, perusahaan kereta api yang menjadi cikal bakal perusahaan kereta api di Indonesia.
Dengan bentuknya yang unik, Lawang Sewu sering digunakan sebagai tempat pameran atau dijadikan lokasi syuting film. Banyak spot-spot foto yang menarik di tempat ini, salah satunya adalah jendela di antara tangga yang dihiasi kaca patri warna warni. Namun tempat yang paling membuat penasaran adalah ruang bawah tanah yang dibangun pada tahun 1916. Awalnya ruang bawah tanah ini digunakan sebagai penampung air, khususnya karena Kota Semarang rawan banjir. Namun saat Lawang Sewu diambil alih oleh Jepang di tahun 1942, ruangan ini digunakan sebagai penjara dan tempat penyiksaan. Oleh karena lokasinya yang wingit, banyak yang melakukan “Uji Nyali” di tempat ini.
3. LITTLE NEDERLAND
Jalan-jalan ke Semarang, jangan lewatkan untuk melihat Kawasan Kota Tua Semarang, atau dikenal sebagai Little Nederland. Di kawasan seluas 30 hektar yang terletak di Kelurahan Bandarharjo, Semarang Utara ini terdapat bangunan-bangunan antik yang mendapat pengaruh gaya bangunan Eropa. Karena dikelilingi jalan satu arah, untuk bisa menikmati keindahan bangunan di kawasan ini sebaiknya kita masuk melalui Jl. Merak, kemudian lanjut ke Jl.Cendrawasih, dan berbelok kanan ke Jl. Dr. Suprapto.
Di antara bangunan-bangunan antik yang terdapat di Little Nederland, terdapat beberapa bangunan yang cukup menonjol dan menarik untuk dieksplorasi lebih lanjut. Di antaranya adalah Marabunta Gedung Multiguna, replika dari gedung pertunjukan Komedi Stadschouwburg. Gedung yang dicirikan dengan patung semut raksasa di atas atapnya ini terkenal karena pernah menjadi tempat pementasan Mata Hari, seorang penari eksotis berkebangsaan Belanda yang menjadi mata-mata Jerman pada Perang Dunia I.
Ikon Kawasan Kota Tua Semarang adalah Gereja Blenduk. Bangunan dengan nama resmi GPIB Immanuel ini memiliki ciri khas atap berbentuk kubah, yang dalam bahasa Jawa disebut “blenduk”. Dari bangunan-bangunan di Kawasan Kota Tua, Gereja Blenduk merupakan bangunan yang paling terawat. Di dalam bangunan gereja, kita bisa melihat orgel antik yang diletakkan di atas balkon. Sayang orgel ini sudah tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
4. SAM POO KONG
Semarang dikenal sebagai kota 1001 klenteng, karena kota ini memiliki kutur budaya etnis Tionghoa yang begitu kuat. Di antara klenteng-klenteng yang tersebar di seluruh Kota Semarang, terdapat sebuah klenteng yang unik dan menjadi ikon Kota Semarang, yaitu Klenteng Sam Poo Kong yang terletak di Jl. Simongan, Bongsari.
Klenteng Sam Poo Kong merupakan petilasan Laksamana Cheng Ho, seorang laksamana muslim kepercayaan Kaisar Tiongkok, yang memimpin ekspedisi kekaisaran Tiongkok ke Nusantara di awal abad ke-15. Klenteng ini didirikan oleh anak buang Cheng Ho di Semarang sebagai penghormatan kepada Cheng Ho yang dianggap telah berjasa dalam memimpin anak buahnya selama melakukan ekspedisi. Klenteng ini dikenal sebagai Gedung Batu, karena bangunan utamanya berbentuk gua batu besar yang diyakini merupakan tempat pendaratan ekspedisi Cheng Ho di Jawa. Di dalam gua ini terdapat patung Sam Poo Tay Djien, yang dianggap sebagai perwujudan Laksamana Cheng Ho.
Selain Gedung Batu, Klenteng Sam Poo Kong dilengkapi dengan berbagai bangunan yang menjadi tempat ibadah. Berbeda dengan klenteng pada umumnya, bangunan-bangunan di kompleks Klenteng Sam Poo Kong dibuat dengan arsitektur perpaduan antara gaya arsitektur Tiongkok dan Jawa. Uniknya, bangunan terbesar di kompleks klenteng ini dibangun dengan menghadap ke arah kiblat. Di tempat ini juga terdapat Anjungan Kyai Djangkar, di mana terdapat sebuah jangkar yang dipercaya merupakan jangkar dari kapal yang digunakan Laksamana Cheng Ho untuk melakukan ekspedisi ke Nusantara.
5. CANDI GEDONG SONGO
Kompleks Candi Gedong Songo terletak di Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang. Nama “Gedong Songo” menunjukkan bahwa kompleks candi ini terdiri dari 9 bangunan yang tersebar di lereng Gunung Ungaran, di antara hutan pinus dan perkebunan sayur milik masyarakat, memberikan panorama yang unik sekaligus indah yang jarang ditemukan di tempat lain.
Tidak ada catatan atau prasasti yang menunjukkan secara pasti kapan Kompleks Candi Gedong Songo dibangun. Namun berdasarkan hasil penelitian para ahli, kompleks percandian ini dibangun pada masa yang sama dengan candi-candi di Dataran Tinggi Dieng, dari masa Dinasti Sanjaya di Mataram Kuno. Diperkirakan Candi Gedong Songo merupakan bangunan agama Hindu tertua di Jawa, lebih tua dibandingkan Candi Borobudur dan Prambanan.
Untuk melihat seluruh bangunan candi yang tersebar, terdapat jalan setapak sepanjang 4 kilometer yang mengelilingi kompleks percandian. Jalan setapak ini melewati daerah perbukitan dengan kontur naik turun, dan sepanjang jalan kita bisa menikmati panorama Gunung Ungaran yang asri. Jika Anda merasa tidak kuat atau memiliki waktu yang terbatas, manfaatkan jasa transportasi kuda untuk berkeliling kompleks bangunan candi.
6. KAMPUNG BATIK LAWEYAN
Mengunjungi Solo, jangan lupa mampir ke Kampung Batik Laweyan. Kawasan sentra batik ini sudah ada sejak jaman Kerajaan Pajang di tahun 1546 Masehi. Kampung batik ini juga merupakan salah satu saksi bisu gerakan perjuangan bangsa Indonesia, ketika organisasi Sarekat Dagang Islam (cikal bakal organisasi Sarekat Islam) didirikan oleh Haji Samanhudi di Solo pada tahun 1905.
Kampung Batik Laweyan menempati wilayah seluas 24 hektar yang menampung ratusan pengrajin batik. Batik yang dijual di tempat ini umumnya batik dengan motif khas Solo, seperti Tirto Tejo dan Truntum. Selain menjual kain, toko-toko di kawasan ini juga menjual pakaian jadi dalam berbagai model dan kualitas. Beberapa toko memiliki workshop, di mana Anda bisa melihat proses pembuatan batik tulis dan batik cap oleh para pengrajin batik. Tak hanya melihat batik, Anda juga bisa melakukan “blusukan” untuk melihat rumah-rumah khas Jawa tempo doeloe.
7. CANDI CETHO
Candi Cetho terletak di Dusun Ceto, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, di ketinggian 1400 meter dpl. Nama “Cetho”dalam bahasa Jawa berarti “jelas”, dan nama ini diberikan karena dari tempat ini dapat terlihat pemandangan ke berbagai arah dengan jelas. Dari hasil penelitian para ahli, diketahui Candi Cetho merupakan candi bercorak Hindu, dan berasal dari masa akhir kerajaan Majapahit di abad ke-15. Sampai saat ini candi ini masih digunakan untuk beribadah oleh penduduk setempat yang memeluk agama Hindu.
Saat penggalian, diketahui kompleks Candi Cetho berbentuk seperti punden berundak yang terdiri dari 14 teras bertingkat. Dari 14 tingkat tersebut, hanya 9 teras yang dipugar, seperti yang terlihat saat ini. Keunikan dari Candi Cetho terletak di teras ketiga, di mana terdapat tataan batu mendatar di permukaan tanah yang menggambarkan simbol phallus, simbol surya Majapahit, dan kura-kura raksasa. Simbol-simbol ini diduga merupakan simbol penciptaan alam semesta dan penciptaan manusia. Sedangkan di teras keempat terdapat jajaran batu yang memuat relief kisah Sudhamala, yang mendasari upacara ruwatan di masyarakat Jawa.
8. MUSEUM PURBAKALA SANGIRAN
Tahukah Anda bahwa Jawa Tengah merupakan salah satu tempat munculnya peradaban manusia purba awal? Di Museum Purbakala Sangiran kita akan mendapatkan informasi lengkap mengenai hal ini. Museum ini menyimpan berbagai peninggalan arkeologis dan paleontologis yang ditemukan di Situs Kepurbakalaan Sangiran yang terletak di lembah Bengawan Solo. Tak hanya penting bagi Indonesia, UNESCO sudah mengakui bahwa kawasan Sangiran merupakan tempat penelitian kehidupan prasejarah terpenting di dunia, dan di tahun 1996 menetapkan Sangiran sebagai Situs Warisan Dunia. Tidak kurang dari 13.809 fosil ditemukan di tempat ini, sejak penelitian Koeningswald yang dimulai pada tahun 1936.
Pendirian Museum Sangiran berawal dari adanya kebutuhan wisatawan yang ingin melihat fosil-fosil yang ditemukan di Sangiran, yang saat itu disimpan di kediaman Bapak Toto Sumarsono. Setelah Sangiran ditetapkan sebagai Cagar Budaya pada tahun 1977, di tahun 1980 mulai dibangun sebuah museum yang representatif. Adapun Museum Purbakala Sangiran yang berdiri sekarang adalah bangunan baru yang diresmikan pada tahun 2011. Museum ini sudah ditata secara modern, di mana kisah sejarah manusia purba dipaparkan secara runut dan sistematis. Di dalam museum ini dipamerkan berbagai fosil manusia purba, hewan bertulang belakang, binatang air, tumbuhan laut, serta berbagai artefak peralatan dari batu.
9. MUSEUM KERETA API AMBARAWA
Naik kereta api, tut tut tut, siapa hendak turut! Kereta api saat ini kembali menjadi salah satu moda transportasi favorit untuk bepergian antar kota. Sejarah perkeretaapian Indonesia dimulai di Semarang, dengan berdirinya Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij yang berkantor di Lawang Sewu. Tapi mengapa Museum Kereta Api-nya terletak di Ambarawa ya?
Rupanya hal ini tidak lepas dari keunikan Stasiun Ambarawa. Stasiun Ambarawa merupakan stasiun transit antara jalur kereta Semarang-Ambarawa yang menggunakan lebar rel 1435 mm, dengan jalur Ambarawa-Magelang-Yogyakarta yang menggunakan lebar rel 1067 mm. Keberadaan stasiun ini tidak lepas dari fungsi Ambarawa sebagai kota militer, di mana kereta api digunakan untuk mengangkut tentara dari Ambarawa ke Semarang. Untuk itu Raja Willem I memerintahkan membangun stasiun kereta api, yang kita kenal sebagai Stasiun Ambarawa.
Museum Kereta Api Ambarawa yang beralamat resmi di Jl. Stasiun Ambarawa No. 1, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang merupakan museum terbuka dengan koleksi utama berupa lokomotif dan perlengkapan dunia perkeretaapian. Museum ini diresmikan pada tahun 1978, dan memamerkan koleksi utama berupa 22 lokomotif uap. Di antara lokomotif yang disimpan di museum ini, 2 di antaranya merupakan lokomotif bergigi yang masih bisa berfungsi menarik gerbong wisata di jalur menanjak antara stasiun Jambu dan Bedono. Selain lokomotif, Museum Kereta Api Ambarawa juga memiliki koleksi alat-alat dari dunia kereta api, termasuk mesin pencetak tiket, alat pengatur sinyal, peluit, dan seragam petugas kereta api.
10. MUSEUM BATIK PEKALONGAN
Pekalongan merupakan sentra batik pesisir di utara Jawa, sehingga sudah sepantasnya kota ini memiliki museum batik. Museum Batik Pekalongan terletak di Jl. Jetayu No. 1, Pekalongan, di dekat Alun-Alun yang menjadi jantung Kota Pekalongan. Menempati sebuah gedung tua peninggalan kolonial Belanda bergaya art deco, museum ini merupakan tempat kita belajar batik sekaligus belajar membatik.
Koleksi batik di Museum Batik Pekalongan dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu koleksi batik pesisir, koleksi batik Nusantara, dan koleksi batik pedalaman dari Yogyakarta dan Surakarta. Di museum juga terdapat peragaan bahan-bahan pembuat batik. Sedangkan di bagian belakang museum terdapat workshop, di mana terdapat peragaan pembuatan batik. Pengunjung dapat mencoba mencanting malam ke atas kain mori, untuk merasakan sendiri bagaimana salah satu bagian dari proses membuat batik.
Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Utama Blog Visit Jawa Tengah 2015
1 comment:
ayo jalanjalan bareng..hehe
Post a Comment