Saturday, September 21, 2024

Wisata Pemakaman PD II (7): Ereveld Kalibanteng

Menuntaskan perjalanan saya ke 7 ereveld di Indonesia, dari Ereveld Candi, saya menuju ke Ereveld Kalibanteng, yang terletak tak jauh dari bandara Ahmad Yani Semarang, bersebelahan dengan Kawasan Pusdik Penerbad, Pangkalan Udara Ahmad Yani. Secara resmi, Ereveld Kalibanteng beralamat di Jl. Siliwangi 293, Semarang, terletak di tepi jalan raya yang merupakan bagian dari Jalan Raya Pos yang dibangun oleh H.W. Daendels. 

Diresmikan pada tanggal 22 April 1949, tempat ini merupakan tempat peristirahatan 3100 korban perang, sebagian besar merupakan korban sipil dari kamp konsentrasi tentara Jepang di Jawa Tengah, seperti Ambarawa, Banyubiru, Lampersari, Halmahera, Bangkong, Gedangan, dan Karangpanas. Pada saat penggabungan ereveld di Indonesia, Ereveld Kalibanteng menerima pemindahan makam dari ereveld di Tegal, Kobong, Blora, Tarakan (1964), Balikpapan (1967), Palembang (1967), dan Makassar (1968).

Saat tiba di Ereveld Kalibanteng, pintu gerbang dalam keadaan terbuka, sehingga saya masuk ke dalam. Saya bertemu pak Eko, penjaga ereveld yang sedang merawat tanaman. Setelah menjelaskan maksud saya berkunjung ke ereveld, Pak Eko mempersilakan saya untuk melihat ke dalam.

Ereveld Kalibanteng yang dikelilingi pohon cemara

Ereveld ini berbentuk segitiga sama sisi, dengan sekeliling lahan ereveld terdapat parit besar yang berisi air. Menurut pak Eko, air pada parit ini berasal dari sungai, dan digunakan untuk perawatan tanaman di Ereveld. Jika melihat dari dalam ke arah jalan raya, akan terlihat pemandangan Gunung Ungaran di kejauhan. Namun kontras dengan Ereveld Candi, Ereveld Kalibanteng terletak di dataran dekat pantai, hanya beberapa ratus meter dari tepi laut. Salah satu keunikan lain dari ereveld ini adalah deretan pohon cemara yang mengelilingi lahan ereveld.

Bagian Malam Perempuan di Sisi Barat Ereveld

Ereveld Kalibanteng dikenal sebagai “Vrouwen-Ereveld” (Ereveld Perempuan), karena banyaknya wanita dan anak-anak yang dimakamkan di tempat ini. di mana di sisi barat digunakan untuk makam wanita, dan di sisi timur digunakan mayoritas untuk makam pria. Sedangkan makam anak-anak terdapat di area tengah, menghadap ke jalan raya. Di Ereveld Kalibanteng juga terdapat pemakaman muslim, yang terletak di sisi belakang ereveld.

Monumen Peti Mati untuk
Korban Perempuan Tak Dikenal

Di dekat tiang bendera terdapat patung batu berbentuk peti mati. Jika biasanya peti mati tersebut untuk mengenang prajurit tak dikenal, kali ini peti mati tersebut ditujukan khusus untuk mengenang korban perempuan tak dikenal. Di seberang peti mati terdapat lempengan batu peringatan dari marmer putih dengan teks yang ditulis dalam bahasa Belanda dan bahasa Inggris yang berbunyi “Ter eerbiedige negadachtenis aan de vele ongenoemden die hun leven offerden en niet rusten op de erevelden.”, yang bermakna untuk mengenang mereka yang tidak disebutkan namanya yang mengorbankan hidup mereka dan tidak beristirahat di Taman Makam Kehormatan.

Monumen "Jongen Kampen"

Berjalan ke arah belakang melintasi jalur yang diapit 18 pilar, terlihat dua buah monumen yang mencerminkan keberadaan Perempuan dan anak-anak yang menjadi korban perang. Monumen pertama adalah monument “Jongen Kampen” (Kamp Anak Laki-Laki) karya Anton Beysens pada tahun 1988. Monumen ini untuk mengenang para anak lelaki yang dipisahkan dari ibunya dan gugur di kamp konsentrasi laki-laki, seperti di di Ambarawa, Bangkong, Gedongjati, dan Cimahi. Patung perunggu tersebut menunjukkan seorang anak lelaki kurus yang membawa pacul di atas pundaknya, bersandar pada kapak, dan tubuhnya hanya dibalut selembar kain. Terdapat tulisan pada monumen itu “Zij waren nog zo jong”, yang bermakna “Mereka masih sangat muda”.

Monumen Perempuan

Di seberang monumen ini terdapat taman dengan monumen dua orang wanita buatan Marian Gobius pada tahun 1954. Monumen perunggu tersebut menggambarkan seorang wanita yang bangga dan berdiri tegap, tengah memegang wanita lain yang membungkuk, seolah berusaha menenangkan. Mereka sama-sama menggandeng tangan seorang anak kecil yang berada di antara mereka berdua. Monumen ini menggambarkan perasaan senasib antara Wanita dan anak-anaknya, khususnya di masa sulit tersebut. 

Wisata Pemakaman PD II (6): Ereveld Candi

Setelah beberapa waktu, akhirnya saya berkesempatan ke Semarang (lebih cepat daripada perkiraan saya), yang saya manfaatkan untuk menuntaskan perjalanan mengunjungi 7 Ereveld yang ada di Indonesia. Pagi itu cuaca sangat cerah, ketika saya memulai perjalanan menuju Ereveld Candi.

Ereveld Candi terletak di Jl. Taman Jendral Sudirman 4, Bendungan Gajahmungkur, Candi Baru, di atas bukit di sisi selatan Kota Semarang. Ereveld ini dibangun atas inisiatif pasukan pertama Belanda dari Tijgerbrigade (T-Brigade) yang mendarat di Semarang pada 12 Maret 1946. Mereka memilih tempat pemakaman untuk rekan-rekan mereka yang gugur di puncak bukit Candi, yang saat itu merupakan Tillemaplein (Taman Tillema, diberi nama dari Hendrik Freerk Tillema, pendiri air minum kemasan pertama di Semarang). Pemakaman tersebut dirancang oleh Letnan Satu Ir. H. Stippel dari pasukan zeni. Pemakaman ini diresmikan pada bulan Maret 1947 dan diberi nama Ereveld Tillemaplein. Namun pada tahun 1967, atas permintaan dari pihak Indonesia, nama ereveld ini berubah menjadi Ereveld Candi.

Ereveld Candi di bawah naungan Gunung Ungaran

Ketika saya tiba di gerbang ereveld ini, yang pertama kali menarik perhatian adalah panorama gunung Ungaran yang seolah menaungi Ereveld Candi. Ini bukan satu-satunya ereveld yang memiliki panorama gunung, karena Ereveld Pandu dan Ereveld Leuwigajah pun juga dinaungi oleh gunung. Namun keunikan dari Ereveld Candi adalah letaknya di lereng bukit, sehingga lahannya dibentuk seperti terasering, dengan 5 teras yang berbentuk setengah lingkaran, Masing-masing teras dihubungkan dengan tangga dari batu alam. 

Karena saya tidak melihat petugas di dekat pintu (dan bel pintu sepertinya tidak berfungsi), saya mencoba membuka gerbang yang tidak dikunci. Dari jauh terlihat ada beberapa petugas sedang melakukan perawatan tanaman ereveld. Di kantor ereveld ternyata ada petugas yang sedang bekerja di depan computer, yang kemudian mengijinkan saya untuk melihat ke dalam ereveld. 

Dari informasi yang saya baca dari berbagai sumber, tempat ini merupakan satu-satunya ereveld khusus militer di Indonesia. Dan sejauh mata memandang nisan-nisan yang ada di Ereveld Candi, terlihat bahwa semua yang dimakamkan di tempat ini adalah laki-laki, tidak ada perempuan. Demikian juga tidak ada orang muslim yang dimakamkan di sini, hanya ada beberapa makam Yahudi dan Tionghoa.

Pada awal didirikan, tempat ini hanya ditujukan untuk memakamkan kembali seluruh tentara yang gugur masa perang kemerdekaan di Jawa Tengah. Namun pada akhirnya tempat ini digunakan sebagai tempat peristirahatan terakhir para tentara yang gugur di Jawa Tengah pada masa Perang Dunia II. Saat ini hampir 1000 anggota tentara Belanda (KNIL) yang dimakamkan di tempat ini, termasuk menampung makam yang dipindahkan dari pemakaman tentara Belanda di Kampung Ploso (Pacitan), Gundih (Semarang), Mario Tjamba (Maros), Patjinang (Makassar), dan Palembang, antara tahun 1960-1970.

Monumen Salib

Tempat ini memiliki monumen salib berwarna putih berukuran besar yang terletak di bagian tengah pemakaman, dihiasi jalan setapak yang terbentuk dari batu-batu alam. Di bagian kaki salib tersebut terdapat prasasti dengan tulisan “Voor Veiligheid en Recht”, atau berarti “For Security and Justice”, yang menjadi titik fokus untuk merefleksikan kedua nilai ini. Pada tangga menuju salib, terdapat plakat yang menandakan ucapan dari Palang Merah Semarang. Pada tangga sisi kanan menuju salib, terdapat plakat bertulisan “Uw plichtsbetrachting maakte ons werk van naastenliefde mogelijk” dari Roode Kruis Semarang (Palang Merah Semarang pada masa Agresi Militer), yang bermakna “Pengabdian Anda pada tugas membuat pekerjaan amal kami bisa terwujud.”

Seperti di ereveld lain, terdapat monument untuk mengenang mereka yang gugur dalam perang namun tak dimakamkan di ereveld. Jika di ereveld lain monumen tersebut dalam bentuk patung peti mati, maka di Ereveld Candi monument tersebut dalam bentuk sebongkah batu berbentuk persegi di dekat tiang bendera, yang bertuliskan “Ter eerbiedige nagedachtenis aan de velle ongenoemden die hun leven offerden en niet rusten op de erevelden.” (Untuk mengenang banyak orang yang tidak disebutkan namanya yang mengorbankan hidup mereka dan tidak beristirahat di Taman Makam Kehormatan). 

Monumen II-13 R.I.

Terdapat juga monumen untuk memperingati gugurnya 8 tentara dari Batalyon II – 13 R.I. (Regiment Infanterie), atau dikenal sebagai Batalyon Limburg. Delapan orang yang namanya terdapat di monumen tersebut sepertinya tidak dimakamkan di ereveld Candi. Batalyon II-13 sebelumnya memperkuat tentara Sekutu di Munich-Gladbach, sebelum diberangkatkan menuju Indonesia melalui Inggris pada 12 Oktober 1945, dan mendarat di Semarang pada 9 Maret 1946. Selama bertugas di Indonesia, mereka berada di bawah pimpinan Letnan Kolonel D.A. Erdman. Mereka sempat ditugaskan di Semarang, Salatiga, Pameungpeuk, Garut, Darmaredja, Gempol, dan Plered, sebelum pada 26 Februari 1948 mereka dipulangkan ke Belanda.