Sunday, March 17, 2024

TPU Pandu, Tempat Peristirahatan Terakhir Tokoh-Tokoh Kota Bandung

Mengunjungi Ereveld Pandu, rasanya tak lengkap kalau tak sekalian menjelajah TPU Pandu. TPU Pandu didirikan pada tahun 1932, sebagai bagian dari penertiban pemakaman di Kota Bandung sesuai Bouwverrordening van Bandung tahun 1917. Berdiri di lahan seluas 83.000 m2 (kurang lebih 10 hektar), TPU Pandu memiliki jumlah makam hingga 21 ribu. Daya tarik makam ini adalah merupakan tempat peristirahatan terakhir beberapa tokoh terkenal di Kota Bandung. Tahun 1973, TPU Pandu merupakan salah satu TPU yang digunakan untuk merelokasi makam dari Kerkhoff Kebon Jahe (sekarang menjadi Sarana Olahraga Sport Hall Pajajaran).

Nisan Profesor Schoemaker

Di antara ribuan makam yang ada di TPU Pandu, terdapat nisan Prof. Ir. Charles Prosper Wolff Schoemaker, seorang arsitek dan guru besar Technische Hogeschool te Bandoeng (sekarang menjadi Institut Teknologi Bandung). Prof. Schoemaker lahir di Banyubiru, Ambarawa, pada 25 Juli 1882. Karirnya diawali sebagai insinyur KNIL, sebelum kemudian mengundurkan diri dan bekerja di biro arsitek. Sebagai guru besar di THB, salah satu murid Schoemaker adalah Ir. Soekarno, presiden pertama RI. Karya arsitektur Schoemaker masih dapat kita lihat hari ini, seperti Gedung Merdeka, Hotel Preanger, Katedral Santo Petrus, Gereja Bethel, Villa Isola, dan Masjid Cipaganti. 

Gedung Merdeka, salah satu karya Prof Schoemaker

Schoemaker wafat pada 22 Mei 1949 dan dimakamkan di TPU Pandu. Namun ironisnya, makam Schoemaker tidak seartistik karya-karyanya. Nisan yang bertuliskan tanggal lahir, tanggal wafat, dan gelar kehormatan Ridder in De Orde van Denetherlandse Leeuw (Ksatria Ordo Singa Belanda) ini seperti batu nisan biasa, tanpa ornament berlebihan, dan terhimpit batu nisan makam-makam lain, sehingga untuk mencapai makam Schoemaker, kita harus melewati atau meloncati makam-makam lainnya.

Konon makam Schoemaker merupakan salah satu makam yang sempat terancam akan dibongkar di tahun 2002, karena tidak ada yang membayar retribusinya. Namun rencana ini urung dilaksanakan, setelah putra mendiang Presiden Soekarno, Guruh Sukarnoputra, mengulurkan bantuan. Di tahun 2003, Juan Schoemaker, cucu dari Schomaker yang sudah lama mencari makam mendiang kakeknya, akhirnya berhasil berkunjung ke makam ini.

Selain makam Schoemaker, di TPU Pandu terdapat makam keluarga Ursone. Keluarga Ursone berkebangsaan Italia, dan datang ke Bandung di tahun 1890-an sebagai musisi. Mereka kemudian mengembangkan usaha pemerahan susu sapi yang berada di Lembang sejak tahun 1895. Mereka merupakan pendiri Bandoengsche Melk Centrale (BMC), yang saat ini masih beroperasi di Jalan Aceh. Keluarga Ursone memiliki lahan yang cukup luas di Lembang, bahkan lahan observatorium Bosscha merupakan hibah dari keluarga Ursone.

Mausoleum Keluarga Ursone

Dibandingkan makam Schoemaker, makam Ursone terlihat lebih menonjol, karena dapat dikatakan merupakan makam paling megah di antara makam yang ada di TPU Pandu. Makam berbentuk mausoleum dengan pilar tinggi ini dihiasi sepasang patung wanita yang sedang menunduk seolah menunjukkan kedukaan. Di atas pilarnya bertuliskan “Orate Pro Nobis” yang bermakna “doakan kami”. Di mausoleum tersebut terdapat nama 8 anggota keluarga Ursone yang (semula) dimakamkan di mausoleum tersebut. Makam bergaya barok ini terbuat dari marmer. Hal ini kemungkinan sangat berkaitan karena salah satu anggota keluarga Ursone, A. Ursone pernah membuka usaha batu marmer yang bernama Carrara Marmerhandel en bewerking di daerah Banceuy, Kota Bandung. Makam ini bukan merupakan makam asli di TPU Pandu, melainkan pindahan dari Kerkhof Kebon Jahe (sekarang GOR Pajajaran). 


No comments: