Desa Adat Sade Rembitan di
Lombok Tengah merupakan salah satu dari 3 desa adat yang menjadi pemukiman Suku
Sasak di Lombok. Desa seluas 5 hektar ini konon sudah berdiri sejak 600 tahun
yang lalu, dan telah dijadikan tujuan wisata budaya sejak masa Hindia Belanda. Untuk
mencapai Desa Sade cukup mudah, karena terletak di tepi jalan utama dari
Mataram menuju Pantai Kuta, Kabupaten Lombok Tengah. Dari Kota Mataram, Desa
Sade dapat dicapai menggunakan angkutan umum dengan lama perjalanan kurang
lebih 1,5 jam. Atau dari Bandara Internasional Lombok, Anda bisa menggunakan
taksi atau kendaraan sewa menuju Desa Sade, dengan lama perjalanan hanya
sekitar 20 menit. Saat masuk ke Desa Sade, wisatawan akan disambut para pemuda
Sasak yang akan menjadi pemandu berkeliling di desa. Wisatawan juga akan
diminta mengisi buku tamu dan mengisi sumbangan sekadarnya.
Rumah Tradisional Suku Sasak
Hal pertama yang akan
ditunjukkan para pemandu kepada wisatawan adalah bangunan khas Suku Sasak. Ciri
khas dari bangunan Suku Sasak adalah dinding dan tiang terbuat dari bambu,
dengan atap yang terbuat dari alang-alang kering. Keistimewaan dari atap
alang-alang ini adalah atap tersebut akan menyejukkan bangunan saat cuaca
terik, namun sebaliknya memberikan kehangatan di malam hari. Jarak antar
bangunan sangat rapat, dan masing-masing bangunan dihubungkan dengan jalan
setapak yang tak bisa dilewati kendaraan bermotor.
Wisatawan akan diajak
masuk ke dalam Bale Tani, atau rumah tinggal. Nama bangunannya mencerminkan
profesi penghuninya sebagai petani. Bale Tani terdiri dari 3 bagian, bagian
pertama yang disebut sesangkok terletak di bagian depan rumah dan digunakan
untuk ruang tidur orang tua dan anak lelaki. Bagian kedua terletak di lantai
atas yang disebut Dalem Bale, dan berfungsi sebagai ruang tidur anak gadis
sekaligus sebagai dapur. Di dalam Dalem Bale terdapat bagian ketiga yang
disebut Bale Dalam. Ruangan kecil ini digunakan untuk pengantin atau tempat
melahirkan. Jumlah Bale Tani di Desa Sade kurang lebih 150 rumah, sama dengan
jumlah kepala keluarga di desa tersebut.
Salah satu keistimewaan dari
Bale Tani adalah cara perawatannya. Seminggu sekali lantai Bale Tani digosok
dengan kotoran kerbau yang dicampur sedikit air, kemudian setelah kering disapu
dan digosok dengan batu. Penggosokkan dengan kotoran kerbau ini berfungsi untuk
membersihkan lantai dari debu, memperkuat lantai, serta menghangatkan rumah di
malam hari. Masyarakat Sasak percaya bahwa kotoran kerbau tersebut dapat
mengusir serangga sekaligus menangkal serangan magis yang ditujukan pada
penghuni rumah.
Di depan Bale Tani,
terdapat lumbung padi, yang menjadi ikon khas bangunan Suku Sasak. Bangunan ini
dibuat di atas empat pilar kayu dengan atap berbentuk topi yang terbuat dari
alang-alang. Lumbung ini digunakan untuk menyimpan hasil panen warga untuk
kebutuhan pangan selama setahun, dan masing-masing lumbung digunakan untuk
menyimpan kebutuhan padi bagi 5 kepala keluarga. Menurut
kepercayaan masyarakat Sasak, yang boleh mengambil padi adalah wanita yang
telah berkeluarga. Dipercaya jika hal ini dilanggar, maka wanita yang melanggar
tidak akan mendapat keturunan.
Adat Istiadat Suku Sasak
Sambil menunjukkan Bale
Tani, para pemandu biasanya akan menceritakan pula adat istiadat masyarakat
Suku Sasak, salah satunya adalah adat merarik atau selarian. Adat ini adalah ketika seorang jejaka berniat
untuk menikah, ia akan melakukan “kawin lari”, dengan menculik gadis yang
menjadi calon istrinya. Istilah "kawin lari" bagi suku Sasak berbeda
dengan "kawin culik". Pada "kawin lari", telah terjadi
kesepakatan antara sang jejaka dengan sang gadis, sedangkan pada "kawin
culik", sang jejaka menculik sang gadis secara paksa. Setelah sang gadis
dilarikan, beberapa hari kemudian pihak lelaki akan mengirimkan utusan adat
untuk melakukan mesejati, atau memberitahukan kepada pihak keluarga
perempuan bahwa anak gadisnya sudah diculik dan akan dinikahkan. Selanjutnya
akan dilakukan nyelabar, atau kesepakatan mengenai biaya pesta pernikahan.
Menurut adat istiadat Suku Sasak, cara
“kawin culik” ini dianggap lebih kesatria dibandingkan dengan melamar secara
baik-baik. Walaupun tampaknya mudah untuk dilakukan, namun banyak peraturan dan
tata cara yang harus dipenuhi. Antara
lain, penculikan harus dilakukan pada malam hari, dan
sang jejaka yang akan menculik harus membawa teman atau kerabat sebagai
pengecoh dan saksi serta pengiring, supaya proses penculikan tidak terlihat
oleh siapapun. Apabila proses penculikan terlihat, sang jejaka akan dikenakan
denda oleh pihak perempuan dan pihak desa. Setelah sang gadis berhasil diculik,
ia tidak boleh langsung dibawa ke rumah sang jejaka, tetapi ke rumah kerabat
pihak laki-laki terlebih dahulu. Selain itu, karena susunan rumah adat Suku
Sasak di mana kamar untuk anak perempuan berada di bagian paling dalam dan
terletak di tingkat atas, tentunya proses penculikan sang gadis tidak akan
mudah dan penuh perjuangan, karena sang jejaka harus melewati sesangkok yang ditempati orang tua sang
gadis.
Kain Tenun Sasak
Kunjungan ke Desa Sade
belum lengkap jika tidak melihat tenunan karya para wanita di Desa Sade. Bagi
masyarakat Suku Sasak, ketrampilan menenun merupakan bagian dari tradisi, di
mana terdapat aturan adat bahwa seorang perempuan Sasak
tidak boleh menikah jika belum bisa menenun. Ketrampilan
ini dimanfaatkan untuk membantu perekonomian keluarga, khususnya jika hasil
pertanian kurang baik. Umumnya para wanita Suku Sasak mulai belajar menenun
pada usia 7 hingga 10 tahun. Salah satu produk kain tenun yang menjadi ciri
khas Suku Sasak adalah kain songket, yang terbuat dari benang emas atau perak
yang ditenun bersama benang katun atau sutra.
Pembuatan kain tenun di
Desa Sade dimulai dari pemintalan kapas menjadi benang. Benang tersebut kemudian
diberi warna dan ditenun menggunakan Alat Tenun Bukan
Mesin (ATBM) yang terbuat dari kayu dan bambu. Pembuatan kain songket sepanjang
2 meter memerlukan waktu pengerjaan antara 1 minggu hingga 1 bulan, bergantung
pada tingkat kerumitan polanya. Harga satu lembar kain songket berkisar antara 100 ribu hingga 350
ribu Rupiah. Di berbagai sudut Desa Sade terdapat kios-kios yang menjajakan kain tenun, masing-masing
kios merupakan koperasi yang dikelola beberapa orang.
1 comment:
keren reviewnya cukup bermanfaat nih buat para traveler indonesia yang ingin lebih mengenal banyaknya keindahan alam di negeri kita ini. Permisi saya juga mau share info tujuan wisata lainnya nih , di mohon komentarnya yang membangun. http://resturamadhandream.blogspot.com/2013/08/7-wonders-plengkung-alas-purwo.html
Post a Comment