Wednesday, August 9, 2023

Air Force One Indonesia Tempo Doeloe

Bolak balik ke Museum Dirgantara Mandala, apa gak bosan? Bagi saya, museum punya banyak koleksi yang kalau dikulik secara mendalam, banyak cerita-cerita menarik di dalamnya. Apalagi Dirgantara Mandala punya koleksi pesawat lebih dari 50, yang masing-masing menjadi saksi sejarah kejayaan kita di udara.

Di pertengahan Juni yang lalu, saya berkunjung untuk kesekian kalinya ke Dirgantara Mandala. Misi utama hari ini adalah melihat C-140 Jetstar "Pancasila". Di kunjungan-kunjungan sebelumnya, saya melewatkan pesawat ini, karena lebih tertarik dengan pesawat tempur. Tapi setelah membaca-baca tentang pesawat "Pancasila", saya memutuskan untuk melihat lebih dekat pesawat “Pancasila” yang pernah menjadi pesawat kepresidenan RI.

Jetstar "Pancasila" sejatinya bukan pesawat kepresidenan RI yang pertama. Pesawat kepresidenan RI yang pertama adalah Ilyushin Il-14 Avia, hadiah dari pemerintah Uni Sovyet di tahun 1957 sebagai tanda persahabafan antara Uni Sovyet dan Indonesia. Pesawat diserahkan pada 24 Januari 1957 oleh Zukhov, Duta Besar Uni Sovyet untuk Indonesia, di Lanud Halim Perdanakusuma.

Ilyushin Il-4 Avia T-414

Pesawat angkut bermesin ganda ini kemudian diberi nomor registrasi T-401 dan diberi nama Dolok Martimbang, nama sebuah gunung di Kabupaten Tapanuli Utara. Pemberian nama ini dengan pertimbangan saat itu di Sumatera Tengah sedang terjadi pergolakan. Dolok Martimbang sendiri memiliki makna “gunung yang seimbang”. Menurut legenda, Dolok Martimbang merupakan tempat melakukan perjanjian perdamaian antar kepala daerah yant bermusuhan. Tempat ini juga menjadi tempat perjanjian perdamaian antara Belanda dengan pemimpin lokal. 

Pesawat berbadan sedang dengan kapasitas 60-100 penumpang ini tidak dirancang secara khusus sebagai pesawat kepresidenan. Walaupun sudah diserahkan sejak Januari 1957, pesawat baru digunakan pada 16 Mei 1957 darj Surabaya ke Jakarta. Banyak yang menduga jarak 4 bulan itu dikarenakan Presiden Soekarno menahan diri untuk tidak terlihat bermewah-mewah dalam kondisi Republik Indonesia yang tengah mengalami pergolakan.

T-401 Dolok Martimbang menjadi cikal bakal berdirinya Skadron Udara 17 atau Satuan Udara Angkut Khusus VIP/VVIP yang didirikan tahun 1963. Jika hari ini kita mengunjungi Skadron Udara 17 di Lanud Halim Perdanakusuma, kita bisa melihat pesawat-pesawat VIP/VVIP, termasuk pesawat kepresidenan Indonesia yang dioperasikan oleh TNI AU. Pesawat yang digunakan cukup bervariasi, termasuk Boeing 737 dan C-130 Hercules yang didesain khusus untuk VIP. (lihat artikel berikut

Boeing 737 milik Skadron Udara 17

Dolok Martimbang hanya beroperasi sebagai pesawat kepresidenan sampai tahun 1962. Tahun 1975, pesawat ini resmi dipurnabaktikan karena faktor usia dan ketiadaan suku cadang. Saat ini nasib T-401 Dolok Martimbang tidak diketahui rimbanya. Namun kita masih bisa melihat pesawat serupa dengan nomor registrasi T-414, yang sempat dijadikan monumen di Lanud Abdulrachman Saleh. Pesawat ini kemudian direstorasi oleh tim gabungan dari Lanud Adisucipto dan Lanud Abdulrachman Saleh untuk diabadikan di Museum Dirgantara Mandala pada tahun 2018.

Pada tahun 1961, presiden Soekarno pergi ke Amerika Serikat. Beliau tidak menggunakan Dolok Martimbang, namun menyewa Boeing 707 PanAm lengkap dengan pilot dan pramugarinya. Sekembalinya Soekarno dari Amerika Serikat, pada tahun 1962 Presiden AS John F. Kennedy memberikan hadiah kepada Indonesia 3 buah pesawat Lockheed C-140 Jetstar berkapasitas 8-10 penumpang, yang merupakan pesawat jet bisnis pertama di dunia. Pesawat-pesawat inilah yang kemudian menggantikan peran Dolok Martimbang sebagai pesawat kepresidenan.

C-140 JetStar "Pancasila" T-1645

Ketiga pesawat C-140 tersebut kemudian diberi nama Saptamarga (T-9446), Irian (T-17845), dan Pancasila (T-1645). Jika diperhatikan, ketiga pesawat ini diberi kode Registrasi dengan “nomor cantik”. Pancasila mendapat nomor T-1645, yang merupakan tanggal lahir Pancasila 1 Juni 1945. Irian mendapat nomor T-17845 yang merupakan tanggal kemerdekaan RI 17 Agustus 1945. Sedangkan Saptamarga mendapat nomor T-9446 yang merupakan hari lahir TNI AU 9 April 1946.

Pada masanya, C-140 merupakan salah satu pesawat ternyaman dan tercanggih. Salah satu dari ketiga pesawat ini sempat dijadikan sebagai pesawat kepresidenan yang standby di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma untuk mengevakuasi presiden, manakala bila terjadi ancaman.Saat ini kita masih bisa melihat pesawat “Pancasila” yang sejak tahun 1987 menjadi koleksi Museum Dirgantara Mandala, serta Sapta Marga yang dijadikan monumen di Garuda Training Center, Duri Kosambi. Adapun pesawat “Irian” tidak diketahui nasibnya. Dari beberapa informasi, konon pesawat ini berada di Amerika Serikat dalam kondisi pretelan.


No comments: