Saturday, August 26, 2023

Curug Nangka, Curug Tersembunyi di Antara Tebing

Gerbang bertuliskan "Selamat Datang di Wana Wisata Curug Nangka" baru saja kami lewati. Terlihat warna langit di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak ini cerah, secerah hati kami yang (akhirnya) bisa melarikan diri sejenak dari polusi ibu kota. Adrenalin rombongan kami sedang tinggi-tingginya, tak sabar untuk melihat keindahan Curug Nangka. 

 

Curug Nangka terletak di lereng Gunung Salak, di Desa Sukajadi, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, di dalam Kawasan wana wisata seluas 17 hektar, yang dibuka untuk umum sejak tahun 1991. Tidak sulit untuk mencapai Curug Nangka, dengan berkendara kurang lebih 1 jam ke arah Selatan Kota Bogor. Curug (air terjun) ini merupakan salah satu destinasi wisata alam yang cukup populer di Bogor.

Melangkah menuju hutan pinus, terlihat berbagai pasang mata memandang dengan tatapan penasaran. Namun saya berusaha cuek, karena kalau sampai mereka tertarik untuk mendekat, bisa runyam! Kera-kera ini merupakan penghuni asli dari kawasan wana wisata, dan konon mereka cukup nakal, jika iseng mereka bisa mengambil barang kita dengan paksa. Makanya saya memilih cuek, supaya tidak diganggu.


Menempuh jalan setapak beraspal menuju Curug Nangka, terlihat beberapa warung yang menjajakan makanan dan minuman. Di dekatnya ada toilet, serta beberapa lahan yang bisa dijadikan tempat berkemah. Lumayan, kalau pas perjalanan balik terus lapar atau kehabisan minum, bisa top up logistik di sini!

Di titik percabangan menuju Curug Nangka, terlihat papan petunjuk yang mengarah ke bawah. Kami mengikuti petunjuk tersebut, dan bertemu anak sungai yang diapit 2 tebing. Pemandu kami sejak awal sudah menyampaikan bahwa untuk mencapai Curug Nangka, harus menyusuri anak sungai terlebih dahulu. Untung saya sudah menyiapkan diri dengan sandal gunung dan celana quick dry, jadi kaki tercelup air? No problem!

Ternyata dari ujung anak sungai menuju curug tidak dekat. Makin mendekati curug, terdapat beberapa bagian yang dalamnya hampir sebetis orang dewasa. Setiap melangkah harus hati-hati, jangan sampai tergelincir. Menurut teman-teman yang survey sebelumnya, saat survey air tidak setinggi ini. Kelihatannya karena hari sebelumnya sempat hujan, maka debit airnya naik. Pemandu kami pun berulang kali mengingatkan agar barang bawaan kami dijaga, terutama yang tidak boleh basah.

Setelah menyusuri anak sungai kurang lebih 10 menit, dari kejauhan terlihat Curug Nangka, obyek primadona dari kawasan ini. Nama "Nangka" konon berasal dari pepohonan nangka yang dulu pernah berada di sekitar area ini. Namun mata saya tertumbuk pada rangkaian janur di atas sebuah batu yang cukup besar. Saya mengenali rangkaian janur itu sebagai banten, semacam sajen khas kepercayaan Hindu Bali.


"Tak jauh dari sini kan ada Pura Parahyangan, jadi banyak juga yang beribadah dan meletakkan sajen di sini." Pemandu kami menjelaskan keberadaan banten di batu tersebut. Ah, ternyata demikian. Dari berbagai sumber, diketahui bahwa menurut kepercayaan penduduk setempat, lokasi air terjun ini pernah menjadi tempat semedi para leluhur, antara lain Raden Surya Kencana, Bah Haji Gempor, dan Bah Jamrong, dan lainnya. Dan jika diperhatikan lebih jauh, dalam radius beberapa km dari curug banyak situs-situs purbakala. Mungkin air terjun ini memang dianggap salah satu tempat suci di kawasan ini.


Kami akhirnya tiba di lokasi Curug Nangka. Curug ini memiliki ketinggian 25 meter, dan berlokasi di ketinggian 750 dpl. Airnya selalu  mengalir dan tidak pernah habis, walaupun sedang musim kemarau. Aliran airnya sangat jernih dan sejuk. Kolam yang terbentuk di bawah curug pun bisa direnangi dan tidak terlalu dalam, hanya sekitar sebetis orang dewasa. Namun disarankan untuk menghindari bagian yang terlalu dalam di dekat air terjun.

Masih di kawasan yang sama, sekitar 1 km dari Curug Nangka terdapat 2 air terjun lainnya, yaitu Curug Kawung dan Curug Daun. Ketiga curug ini sejatinya merupakan rangkaian aliran air, mulai dari Curug Kaung yang paling atas dengan ketinggian 17 meter, Curug Daun dengan ketinggian hanya 2 meter, dan Curug Nangka yang paling bawah. Curug Kawung dan Curug Daun memiliki debit lebih kecil dibandingkan Curug Nangka, sehingga keduanya kurang populer dibandingkan Curug Nangka.

Dari pengalaman menyusuri anak sungai menuju Curug Nangka, ternyata memerlukan fisik yang prima dan stamina yang cukup. Jika fisik dirasa kurang siap, sebaiknya tidak perlu memaksakan diri untuk melakukan trekking hingga ke Curug Nangka. Selain itu perhatikan juga cuaca. Jika cuaca kurang mendukung, terutama jika mendung dan berpotensi hujan, sebaiknya mengurungkan niat untuk pergi ke curug, karena ketika hujan maka debit alir bisa tiba-tiba meningkat.


No comments: