Menuntaskan perjalanan saya ke 7 ereveld di Indonesia, dari Ereveld Candi, saya menuju ke Ereveld Kalibanteng, yang terletak tak jauh dari bandara Ahmad Yani Semarang, bersebelahan dengan Kawasan Pusdik Penerbad, Pangkalan Udara Ahmad Yani. Secara resmi, Ereveld Kalibanteng beralamat di Jl. Siliwangi 293, Semarang, terletak di tepi jalan raya yang merupakan bagian dari Jalan Raya Pos yang dibangun oleh H.W. Daendels.
Diresmikan pada tanggal 22 April 1949, tempat ini merupakan tempat peristirahatan 3100 korban perang, sebagian besar merupakan korban sipil dari kamp konsentrasi tentara Jepang di Jawa Tengah, seperti Ambarawa, Banyubiru, Lampersari, Halmahera, Bangkong, Gedangan, dan Karangpanas. Pada saat penggabungan ereveld di Indonesia, Ereveld Kalibanteng menerima pemindahan makam dari ereveld di Tegal, Kobong, Blora, Tarakan (1964), Balikpapan (1967), Palembang (1967), dan Makassar (1968).
Saat tiba di Ereveld Kalibanteng, pintu gerbang dalam keadaan terbuka, sehingga saya masuk ke dalam. Saya bertemu pak Eko, penjaga ereveld yang sedang merawat tanaman. Setelah menjelaskan maksud saya berkunjung ke ereveld, Pak Eko mempersilakan saya untuk melihat ke dalam.
Ereveld Kalibanteng yang dikelilingi pohon cemara |
Ereveld ini berbentuk segitiga sama sisi, dengan sekeliling lahan ereveld terdapat parit besar yang berisi air. Menurut pak Eko, air pada parit ini berasal dari sungai, dan digunakan untuk perawatan tanaman di Ereveld. Jika melihat dari dalam ke arah jalan raya, akan terlihat pemandangan Gunung Ungaran di kejauhan. Namun kontras dengan Ereveld Candi, Ereveld Kalibanteng terletak di dataran dekat pantai, hanya beberapa ratus meter dari tepi laut. Salah satu keunikan lain dari ereveld ini adalah deretan pohon cemara yang mengelilingi lahan ereveld.
Bagian Malam Perempuan di Sisi Barat Ereveld |
Ereveld Kalibanteng dikenal sebagai “Vrouwen-Ereveld” (Ereveld Perempuan), karena banyaknya wanita dan anak-anak yang dimakamkan di tempat ini. di mana di sisi barat digunakan untuk makam wanita, dan di sisi timur digunakan mayoritas untuk makam pria. Sedangkan makam anak-anak terdapat di area tengah, menghadap ke jalan raya. Di Ereveld Kalibanteng juga terdapat pemakaman muslim, yang terletak di sisi belakang ereveld.
Monumen Peti Mati untuk Korban Perempuan Tak Dikenal |
Di dekat tiang bendera terdapat patung batu berbentuk peti mati. Jika biasanya peti mati tersebut untuk mengenang prajurit tak dikenal, kali ini peti mati tersebut ditujukan khusus untuk mengenang korban perempuan tak dikenal. Di seberang peti mati terdapat lempengan batu peringatan dari marmer putih dengan teks yang ditulis dalam bahasa Belanda dan bahasa Inggris yang berbunyi “Ter eerbiedige negadachtenis aan de vele ongenoemden die hun leven offerden en niet rusten op de erevelden.”, yang bermakna untuk mengenang mereka yang tidak disebutkan namanya yang mengorbankan hidup mereka dan tidak beristirahat di Taman Makam Kehormatan.
Monumen "Jongen Kampen" |
Berjalan ke arah belakang melintasi jalur yang diapit 18 pilar, terlihat dua buah monumen yang mencerminkan keberadaan Perempuan dan anak-anak yang menjadi korban perang. Monumen pertama adalah monument “Jongen Kampen” (Kamp Anak Laki-Laki) karya Anton Beysens pada tahun 1988. Monumen ini untuk mengenang para anak lelaki yang dipisahkan dari ibunya dan gugur di kamp konsentrasi laki-laki, seperti di di Ambarawa, Bangkong, Gedongjati, dan Cimahi. Patung perunggu tersebut menunjukkan seorang anak lelaki kurus yang membawa pacul di atas pundaknya, bersandar pada kapak, dan tubuhnya hanya dibalut selembar kain. Terdapat tulisan pada monumen itu “Zij waren nog zo jong”, yang bermakna “Mereka masih sangat muda”.
Monumen Perempuan |
Di seberang monumen ini terdapat taman dengan monumen dua orang wanita buatan Marian Gobius pada tahun 1954. Monumen perunggu tersebut menggambarkan seorang wanita yang bangga dan berdiri tegap, tengah memegang wanita lain yang membungkuk, seolah berusaha menenangkan. Mereka sama-sama menggandeng tangan seorang anak kecil yang berada di antara mereka berdua. Monumen ini menggambarkan perasaan senasib antara Wanita dan anak-anaknya, khususnya di masa sulit tersebut.