Thursday, May 24, 2018

Gula-Gula Pabrik Gondang Baru

Gara-gara kunjungan ke De Tjolomadoe di awal April 2018, ingatan saya melayang ke pertengahan tahun 2016, ketika mampir di Pabrik Gula Gondang Baru di Klaten. Pabrik yang nama aslinya Suikerfabriek Gondang Winangoen ini dibangun pada tahun 1860 oleh NV Klatensche Cultuur Maatschappij yang berkedudukan di Amsterdam, dan dikelola oleh NV Mirandolle Vaute & Co yang berkantor di Semarang. Pabrik sempat berhenti berproduksi pada masa resesi ekonomi tahun 1930-1935, sebelum beroperasi kembali sampai masa kemerdekaan Indonesia. Pasca kemerdekaan Indonesia, pabrik dikuasai pemerintah Republik Indonesia. Setelah mengalami pasang surut, di bulan Desember 1957 Pabrik Gula Gondang Winangoen sepenuhnya menjadi milik pemerintah Republik Indonesia, dan namanya diganti menjadi Pabrik Gula Gondang Baru. Sejak tahun 1996, PG Gondang Baru merupakan bagian dari PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) yang berkantor pusat di Surakarta.

Tampak Depan Museum Gula Jawa Tengah
Waktu di jam mobil menunjukkan pukul 09.30 WIB, ketika mobil yang saya kendarai merapat di parkiran Pabrik Gula Gondang Baru. Tujuan utama saya ke Pabrik Gula Gondang Baru adalah untuk singgah di Museum Gula Jawa Tengah. Museum ini didirikan pada 11 September 1982, dan menempati salah satu bangunan lama bergaya arsitektur klasik Eropa seluas 240 meter persegi. Saat ini Museum Gula Jawa Tengah menjadi bagian dari wahana wisata Agrowisata Gondang Winangoen.

Aneka Jenis Tebu di perkebunan Gondang Winangoen
Koleksi museum terdiri dari replika peralatan tradisional perkebunan tebu (termasuk proses pembukaan lahan dengan metode reynoso, peralatan penanaman bibit tebu dan pemeliharaan tanaman tebu), peralatan fabrikasi untuk memproduksi gula, peralatan laboratorium, aneka jenis tebu, aneka jenis tanaman pengganggu tebu, aneka produk antara dan produk akhir pabrik gula yang disimpan dalam toples, maket pabrik gula dan perkebunan tebu, dan foto-foto tempo doeloe (termasuk tradisi selamatan sebelum memulai proses giling pertama).

Peralatan Laboratorium
Salah satu ruangan museum ditata menyerupai ruang kerja administratur perkebunan tebu, lengkap dengan perabot gaya masa kolonial. Di ruangan ini terpasang peralatan kantor tempo doeloe (seperti mesin ketik kuno, mesin hitung kuno, dan kamera), serta peralatan komunikasi tempo doeloe. Di antara peralatan tersebut, terdapat sepasang topi dan tongkat yang digunakan Pak Sinder (supervisor perkebunan) pada saat pergi ke kebun tebu untuk melakukan inspeksi.

Contoh Ruang Kerja Administratur Perkebunan Tebu
Ruangan berikutnya berisi maket pabrik gula Gondang Baru, serta skema mengenai proses pembuatan gula di pabrik gula Gondang Baru. Pada sistem tersebut, tebu diproses pada stasiun gilingan untuk menghasilkan nira tebu, kemudian nira tebu dipisahkan dari padatan kotorannya sebelum masuk stasiun pemurnian. Di stasiun pemurnian, nira tebu dimurnikan menggunakan proses karbonatasi rangkap dengan menambahkan susu kapur dan gas karbondioksida. Hasil proses karbonatasi ini kemudian masuk pada proses sulfitasi rangkap dengan penambahan sulfit. Nira tebu yang sudah lebih jernih kemudian melalui stasiun penguapan untuk mengurangi kandungan air dan mengentalkan nira. Keluaran dari stasiun penguapan kemudian masuk ke stasiun pemasakan untuk proses kristalisasi yang mengubah nira tebu menjadi kristal gula. Selanjutnya gula memasuki stasiun putaran atau centrifuge untuk mengeringkan gula kristal, sebelum gula ditimbang dan dimasukkan ke dalam gudang.

Maket Pabrik Gula Gondang Winangoen
Di halaman museum sisi barat, terdapat koleksi lokomotif untuk menarik lori pengangkut tebu, serta mesin-mesin pabrik gula. Di antara lokomotif uap tersebut, terdapat lokomotif yang dikenal dengan nama “Simbah”. Loko kuno buatan Jerman tahun 1818 ini merupakan lokomotif tertua di museum ini, dan dulu beroperasi melayani angkutan tebu dengan rute dari Stasiun Srowot menuju Surabaya atau Semarang.

Lokomotif "Simbah"
Dalam memilih mesin-mesin pengolahan tebu menjadi gula, pemerintah kolonial Belanda sangat serius, dengan mengirimkan teknologi serta ahli-ahli terbaiknya. Untuk itu mesin-mesin pemrosesan di pabrik didatangkan dari Jerman. Saat dibangun pertama kali, pabrik ini menggunakan turbin air untuk menggerakkan mesin-mesinnya. Setelah penemuan mesin uap, pabrik menggunakan mesin-mesin dengan penggerak utama mesin uap yang memiliki kapasitas giling lebih besar. Mesin uap tertua yang ada di pabrik ini adalah B. Lahaye and Brissoneauf buatan Perancis pada tahun 1884, dan saat ini mesin uap tersebut masih berfungsi dengan baik.

Salah Satu Mesin Stasiun Gilingan Yang Digerakkan Dengan Uap
Sedangkan di sisi timur halaman museum terdapat peralatan tradisional yang digunakan untuk memproses tebu menjadi gula, seperti peralatan batu yang ditemukan di Cirebon, serta peralatan kayu yang ditarik menggunakan sapi. Hal ini menunjukkan bahwa sejatinya pabrik gula bukan merupakan industri baru di Indonesia, karena sudah pernah dilakukan dengan cara tradisional.

Peralatan Pabrik Gula Tradisional

No comments: