Thursday, May 31, 2018

Kuil-Kuil Hindu di Kota Bangkok

Kita mengenal Thailand sebagai salah satu negara dengan mayoritas penduduknya menganut agama Buddha. Di seluruh penjuru negeri, tersebar arca Sang Buddha dan vihara yang digunakan untuk beribadah. Tapi tahukah Anda bahwa Thailand juga memiliki kuil Hindu, di pusat keramaian kota Bangkok?

Medio Juli 2016, hari ini jadwal saya terbang dari Swarnabhumi masih pukul 14.00, sehingga saya membunuh waktu dengan naik Bangkok Skytrain menuju pusat kota. Tujuan saya adalah Kuil Erawan yang menjadi salah satu ikon Kota Bangkok. Kuil Erawan, atau San Thao Maha Phrom, terletak di Grand Hyatt Erawan Hotel, di daerah Pathum Wan, dikelilingi beberapa pusat perbelanjaan besar lainnya. Kuil ini didirikan bersamaan dengan pembangunan Hotel Erawan pada tahun 1956, yang berdiri di lahan tempat Hotel Grand Hyatt Erawan saat ini. Saat Hotel Erawan didirikan, banyak hambatan dalam pembangunannya, sehingga pemerintah Thailand sebagai pemiliknya merasa perlu untuk membangun sebuah kuil untuk menetralisir karma buruk tersebut. Percaya atau tidak, setelah pendirian kuil ini, pembangunan Hotel Erawan berjalan lancar. Tahun 1987, hotel ini diruntuhkan, dan kemudian dibangun Hotel Grand Hyatt Erawan.

Phra Phrom di Kuil Erawan
Kuil Erawan merupakan rumah bagi arca Phra Phrom, yaitu perwujudan Dewa Brahma atau dewa pencipta dalam kepercayaan Hindu. Keistimewaan arca Phra Prhom adalah memiliki empat wajah yang menghadap ke empat penjuru mata angin. Empat wajah ini merupakan perlambang dari 4 sifat baik, yaitu welas asih, murah hati, adil, dan meditasi. Phra Phrom digambarkan memiliki 8 tangan, yang melambangkan kehadiran dan kekuatan. Dari 8 tangan tersebut, 4 tangan memegang benda suci, sedangkan 4 tangan lainnya memegang senjata untuk mengusir kebathilan.

Penziarah di Phra Phrom
Dewa Brahma merupakan dewa agama Hindu, sehingga Kuil Erawan sejatinya adalah kuil untuk agama Hindu. Karena terletak di Bangkok, banyak yang salah kaprah menyebut arca Phra Phrom sebagai Four-Faced Buddha. Namun tampaknya hal ini tidak menjadi permasalahan bagi masyarakat Bangkok, bahkan terlihat banyak penduduk yang lewat dan memanjatkan doa di kuil tersebut. Dengan lokasi yang berada di sudut persimpangan besar dan merupakan kuil terbuka, Kuil Erawan banyak dikunjungi orang, baik yang akan beribadah maupun hanya melihat-lihat.

Penjual Bunga dan Perlengkapan Ibadah
Di trotoar sekitar Kuil Erawan banyak deretan penjual bunga dan perlengkapan untuk ibadah, sehingga kuil ini terlihat hidup dan penuh warna. Para penziarah mempersembahkan karangan bunga marigold, dupa, lilin, serta memanjatkan doa meminta perlindungan dan agar segala hambatan disingkirkan. Saya beruntung sekali, karena pada saat bersamaan dapat menyaksikan persembahan tari tradisional Thailand sebagai lambang doa kepada Dewa Brahma.

Penari Tradisional Thailand di Kuil Erawan
Dari kuil Erawan, saya berjalan ke arah Central World, menuju dua kuil Hindu yang terlihat sangat mencolok di halaman Central World. Inilah Phra Trimurti (Thep Thattatheraya atau kuil Trimurti) dan Phra Phi Khanet (kuil Ganesha). Kuil Trimurti merupakan perwujudan dari 3 dewa utama dalam agama Hindu: Brahma (sang pencipta), Vishnu (sang pemelihara), dan Shiva (sang penghancur). Dalam kepercayaan masyarakat Thailand, Trimurti merupakan dewa cinta. Kuil ini didirikan untuk mengimbangi kekuatan dari Kuil Erawan. Mereka yang patah hati, kesepian, atau pasangan yang ingin hubungannya langgeng akan berdoa di kuil ini, dengan mempersembahkan bunga seperti mawar merah.

Kuil Trimurti di Depan Central World
Sedangkan kuil yang terletak di samping kanan kuil Trimurti adalah tempat memuja Ganesha, yang merupakan dewa pendidikan, ilmu pengetahuan, kebijakan, dan kesejahteraan. Dewa ini sangat populer di kalangan pelajar, guru, dan profesi lain yang membutuhkan kebijaksanaan. Dikenal sangat menyukai adi karya seni, Ganesha menginspirasi kreativitas dan kesuksesan bagi para pemujanya. Para pemujanya akan membawa bunga marigold, buah-buahan, dupa, atau kudapan khas Thailand, serta berdoa untuk keberuntungan dan berkat berupa kebijakan dan kreativitas.

Kuil Ganesha di sisi kanan Kuil Trimurti
Dewa Ganesha mudah dikenali karena berbentuk manusia berkepala gajah dengan perut buncit. Ganesha memiliki 4 buah tangan, tangan pertama memegang jerat yang bermakna memotong nafsu duniawi dan menaklukan emosi. Tangan kedua memegang senjata yang membantu menghancurkan kejahatan. Tangan ketiga memegang potongan gading yang melambangkan menghancurkan segala penghalang. Tangan keempat memegang kudapan manis yang melambangkan kesuksesan.

Kuil Dewi Uma
Dari kuil Ganesha, saya menyeberang ke arah Big C Supercenter, untuk melihat Phra Mae Umadhevi (Kuil Dewi Uma) yang terletak di depan gedung pertokoan tersebut. Dewi Uma dikenal sebagai istri Dewa Shiva, dan dikenal akan rasa cinta yang besar dan ketaatannya kepada Shiva. Dewi Uma banyak dipuja oleh para wanita, khususnya yang menginginkan kesuksesan, kepemimpinan, kesuburan, kebahagiaan dalam berumah tangga, dan perlindungan dari marabahaya. Para penziarah umumnya mempersembahkan bunga, buah-buahan, dan dupa.

Kuil Amarindradhiraja
Dalam perjalanan kembali ke stasiun Skytrain Chitlom, saya singgah di Thao Amarindradhiraja. Kuil yang terletak di depan Amarin Plaza ini merupakan rumah bagi arca Dewa Indra yang terbuat dari batu giok berwarna hijau. Dalam kepercayaan Hindu, Dewa Indra merupakan penguasa guntur dan penguasa surga, serta merupakan raja para dewa. Dewa Indra juga merupakan penyingkir segala rintangan dan pembawa kebahagiaan. Sedangkan dalam kepercayaan agama Buddha, Indra merupakan dewa yang mendorong Siddharta menjadi guru bagi umat manusia, dan merupakan dewa pelindung dan pembela. Dewa Indra yang tengah mengendarai gajah juga seringkali muncul di segel Kota Bangkok, sehingga Dewa Indra juga merupakan dewa penting dalam kepercayaan Buddha di Thailand. Para penziarah biasanya mempersembahkan bunga marigold dan dupa, serta memanjatkan doa untuk kesejahteraan dan perlindungan dari kejahatan.

No comments: